SOLOPOS.COM - Wahyu Widyasih (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Taman  Pracima menjadi salah satu objek revitalisasi Pura Mangkunegaran. Sebagian warganet mempertanyakan dominasi nuansa Eropa daripada Jawa pada lanskap tersebut.  Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menanggapi dengan mengunggah foto bangunan itu pada 1920.

Itu menjadi cermin keterjarakan informasi, pengetahuan, dan memori kolektif masyarakat tentang konstruksi identitas Kota Solo yang bersumber masa lalu dengan representasi Kota Solo masa sekarang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kota adalah ruang yang tumbuh dan berkembang. Setiap generasi menorehkan rekam jejak kebudayaan penanda pertumbuhan dan perkembangan kota. Memori sosial, politik, dan budaya Kota Solo membuat pemerintah kota berusaha membangun kota berkelanjutan berdasarkan kontekstualisasi nilai-nilai yang dimiliki.

Dialektika kepentingan ekonomi, politik, dan pelestarian budaya menjadi bagian tak terpisahkan dari membangun Kota Solo. Bagaimana agar kekayaan catatan memori kota bisa diinformasikan dan digunakan sebagai sumber literasi pencerahan budaya bagi pemerintah dalam membangun kota maupun bagi masyarakat Kota Solo lintas generasi?

Kota adalah catatan hidup (living archive) segenap peristiwa di dalamnya. Kota ”manjing” dalam totalitas pengaruh berbagai peristiwa dan melampaui lingkup langsungnya. Memori atas dinamika pengaruh dapat dianggap sebagai arsip yang membentuk kota dan warganya.

Secara umum arsip berhubungan langsung dengan pelestarian beberapa bagian masa lalu yang dianggap penting secara kolektif. Kota dibangun berdasarkan kebaruan yang terus-menerus dan pengalaman sementara serta sifat sementara dari ikatan antarpenduduk kota.

Pemerintah Solo menetapkan slogan Solo The Spirit of Java sejak 2008. Slogan ini bagian upaya memperkuat otonomi daerah Soloraya dengan Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

Makna kontekstual slogan tersebut pada era pemerintahan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka adalah Pemerintah Kota Solo merumuskan program pembangunan berdasarkan nilai-nilai jiwanya Jawa.

Program pembangunan berwawasan lingkungan, segar, kekinian, dinamis, kreatif, modern, terhubung, dan kolaboratif. Serangkaian program dan kegiatan yang direncanakan maupun dilaksanakan adalah rekam jejak pertumbuhan dan perkembangan Kota Solo.

Infrastruktur, intensitas pergelaran seni budaya, pembangunan sektor pariwisata, dan berbagai wujud pembangunan Kota Solo seharusnya dipandang sebagai catatan memori perwujudan gagasan  tentang prospek, kemampuan, dan hak (atau ketiadaan) penduduk Kota Solo untuk menjadi Jawa lintas zaman.

Apakah perkembangan infrastruktur dan wajah Kota Solo sudah memfasilitasi dialog memori kolektif lintas generasi sebagai estafet kontekstual nilai-nilai budaya Jawa? Arsip dapat dipahami sebagai makna yang karakteristik formalnya merupakan ingatan/memori dengan berbagai cara dari kelompok orang yang berbeda.

Masa lalu, sebagai ketiadaan bagi masyarakat sekarang, dapat dibentuk kembali sebagai memori melalui bentuk-bentuk rekoleksi aktif memori yang dimiliki masyarakat, di samping bentuk-bentuk institusional seperti lembaga kearsipan.

Kota adalah living archive karena beroperasi melalui prinsip rangsangan penataan tempat transaksi masa depan dibayangkan dan dihadirkan, Tentu saja desain perkotaan ini bergantung dan terus-menerus diberlakukan kembali (dan ditantang) oleh praktik sehari-hari.

Arsip dapat digunakan untuk merancang identitas Kota Solo sekarang (representasi), Kota Solo masa lalu (konstruksi identitas), dan ingin menjadi Kota Solo pada masa yang akan datang (pemberdayaan). Arsip lebih dari sekadar sejarah, arsip juga membentuk “kapasitas untuk bercita-cita” pada masa kini.

Memori Lintas Generasi

Pendekatan arsip menjadi alat  ampuh untuk mengembangkan kota yang memberi ruang interaksi memori lintas generasi. Dengan cara ini, membayangkan kota sebagai arsip melampaui gagasan arsip sebagai catatan fisik, sehingga melibatkan gagasan arsip yang merupakan dasar untuk produksi pengetahuan masa sekarang, dasar identitas masa kini, dan kemungkinan imajinasi masyarakat masa depan.

Ini berpotensi ganda sebagai  alat memahami dinamika perkotaan dalam kaitan dengan sejarah terjalin ke dalam bangunan, desain, rencana kota, dan praksis yang menghadirkan peluang mempromosikan dialog narasi dan pengalaman lintas memori.

Melihat kota sebagai arsip membantu menumbuhkan kesadaran dan perhatian terhadap dinamika kekuasaan dan otoritas dari persinggungan sejarah dan wilayah. Bangunan, jalan, arsitektur, perabot jalan, monumen, tugu peringatan, lukisan dinding—dan lembaga arsip—dibingkai ulang sebagai bagian dari catatan kota yang ditemui dalam berbagai cara.

Kita dapat melihat alun-alun dan taman yang telah menjadi situs masa lalu kota dan melihatnya kembali sebagai sumber refleksi dalam konteks kekinian atas penampilan sejarah dan kemungkinan yang terlupakan yang sekarang tersembunyi.

Begitu kita melihat kota sebagai arsip, kerangka kerja arsip membawa potensi untuk mengungkapkan bunyi ingatan (dan juga ingatan tandingan) yang terkadang mempertanyakan pemahaman arsip yang diterima, mitos tempat dan branding tempat, memungkinkan pengumpulan kembali narasi yang tersembunyi dan terpinggirkan.

Kota sebagai arsip membingkai ulang kota sebagai teks atau bahasa. Ini metode yang mendorong refleksi kritis terhadap budaya suatu kota. Memori memungkinkan kita menggali kota dengan cara yang mengungkapkan lapisan yang menahannya.

Kota sebagai arsip mengangkangi materi dan simbol kota, mengungkapkan bagaimana ingatan khusus untuk kota dan lanskap perkotaan lainnya direngkuh di ruang multilokasi dan multilapis dari praktik perkotaan sehari-hari.

Kota Solo telah menetapkan diri sebagai The Spirit of Java. Konstruksi identitas bersumber kekayaan masa lalu (era Mataram). Lanskap dan atmosfer kota sebagai living archive pertumbuhan dan perkembangan Kota Solo selayaknya ditata dan dibaca untuk menyatakan Kota Solo sekarang sebagai representasi jiwanya Jawa.

Penataan dan pembacaan Kota Solo sebagai arsip pertumbuhan dan perkembangan kota dapat menginspirasi desain pemberdayaan untuk mewujudkan jiwanya Jawa secara berkelanjutan pada masa mendatang sesuai konteks zaman.

Saat Kota Solo bisa dibangun dengan memperhatikan paradigma sebagai kota arsip tidak akan membiarkan generasi sekarang memandang entitas dan nilai-nilai ke-Jawa-an dari masa lalu sebagai keunikan semata. Tidak akan membiarkan penduduk dan siapa pun yang berkunjung ke Solo hanya mengapresiasi ke-Jawa-an sebagai eksotisme masa lalu.



Pendekatan kota arsip membangun jembatan memori lintas generasi disertai segala perkembangan sesuai konteks zaman. Kota Solo akhirnya bisa mewujudkan diri sebagai representasi jiwanya Jawa pada masa sekarang dan memberdayakan potensi tetap membawa kesinambungan hadirnya jiwanya Jawa sesuai konteks masa mendatang.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 20 Januari 2023. Penulis adalah Arsiparis Ahli Muda Institut Seni Indonesia Surakarta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya