SOLOPOS.COM - Ilustrasi Demonstrasi Kerusuhan (Solopos)

Solopos.com, SOLO — Tujuh tahun lalu, tepatnya pada 31 Maret 2015, seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Soloraya memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak atau harga BBM.

Seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Soloraya menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM di Balai Kota Solo, Selasa (31/3/2015). Mereka menduduki Balai Kota Solo setelah melakukan longmarch dari Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di Mesen dan Bundaran Gladak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga : Aliansi BEM Soloraya Sebut Menteri Nadiem Gagal Mereformasi Pendidikan

Aksi digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-UNS, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Solo, dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Solo. Pantauan Solopos.com kala itu peserta aksi dari gabungan elemen mahasiswa ini berdemo sekitar setengah jam di Balai Kota Solo.

Mereka membawa spanduk bernada kritikan pada pemerintahan Presiden Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi seperti “Stabilkan Harga-harga”, “Salam Gigit Jari, BBM Naik Lagi”. Ada juga spanduk bertuliskan “Pemerintah Mati Nurani, Sibuk Pencitraan”. Spanduk lainnya “Kabinet Kerja, Udah Kerja?”

Baca Juga : Perjuangkan Nasib Petani, Mahasiswa Soloraya Unjuk Rasa di Ngarsopuro Solo

Mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal dan orasi. Dalam orasi, seorang peserta aksi dari UNS Solo menyebut Jokowi adalah presiden orderan asing. “Dulu orde lama kita [mahasiswa] turunkan. Orde baru kita turunkan. Sekarang ada presiden orderan asing maka mesti kita turunkan!,” serunya.

Koordinator Aksi kala itu Hari Kusuma Darmawan mengatakan pihaknya mendesak Jokowi mengembalikan subsidi BBM. Menurutnya, ketidakstabilan harga BBM membuat sektor perekonomian hingga transportasi berada dalam posisi gawat darurat. “Kami menuntut pemerintah menstabilkan perekonomian salah satunya dengan subsidi BBM,” kata dia.

Baca Juga : Kapolresta Solo Tegaskan Masyarakat Jangan Bikin Kerumunan Massa

Kepala Kesbangpol Solo yang saat itu dijabat oleh Suharso tak mempermasalahkan penggunaan Balai Kota Solo untuk berdemo. “Kami hanya memastikan bahwa tidak ada penyusupan dalam demo. Tidak ada aksi bakar-bakar ban. Karena peserta aksi menyatakan demo damai, ya akhirnya kami perbolehkan,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya