SUKOHARJO–Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) biosolar atau solar bersubsidi sebulan terakhir dinilai merugikan rakyat kecil.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Jika dibiarkan akan berimbas pada kelancaraan distribusi perekonomian dan sendi masyarakat yang lain. Petani pun tak bisa memproduksi hasil pertanian atau mengolah lahannya jika mesin disel yang dimiliki tak bisa dioperasikan.
Terkait hal itu, Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, mendesak Pertamina menjelaskan alasan pengurangan pasokan solar. Bupati juga meminta normalisasi pasokan sehinga rakyat tidak dirugikan oleh kebijakan yang tak jelas alasannya.
Penegasan itu disampaikan Bupati saat inspeksi mendadak (sidak) ke SPBU di Kepuh, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Sabtu (30/3/2013).
“[Bio] Solar itu dikonsumsi oleh kendaraan umum sehingga identik kebutuhan rakyat. Jika pasokan tak lancar, rakyat juga yang dirugikan. Jika dibiarkan akan instabilias keamanan dan sosial. Apapun kebijakan yang merugikan rakyat memiliki dampak sosial panjang,” tegasnya.
Orang pertama di tubuh eksekutif Sukoharjo meminta pasokan solar di Sukoharjo dikembalikan seperti sebelum ada pengurangan. Dicontohkannya, sebuah SPBU A setiap hari dikirim solar sejumlah 8.000 liter atau 8 ton tetapi sekarang hanya dikirim separuh.
“Maka ya kembalikan pasokan menjadi 8 ton lagi karena kebijakan pengurangan pasokan sudah berimbas. Kejadian [pengurangan dan keterlambatan pasokan] ini merugikan konsumen sehingga harus dipecahkan.”
Bantah Kelangkaan
Mantan Ketua DPRD Sukoharjo meminta pemerintah menjelaskan ke publik agar ada kepastian. “Kalau subsidi akan dicabut jelaskan secara gamblang ke publik. Jangan dikurangi yang berakibat psikologis rakyat memuncak.”
Pengawas SPBU Kepuh, Bowo Setyadi saat berbincang-bincang dengan Bupati menyatakan, Pertamina tak menjelaskan alasan pengurangan pasokan. “Hanya dijelaskan data kebutuhan masing-masing SPBU sudah tercatat sehingga pasokan disesuaikan dengan kuota per harinya.”
Dia membantah adanya kelangkaan. Bowo menyebutkan yang ada hanya keterlambatan pasokan. Menurutnya, pengurangan pasokan terjadi dua pekan terakhir. Dia menjelaskan awalnya per hari dikirim 16.000 liter namun dua pekan terakhir hanya 8.000 liter atau separuhnya.
“Karena semua pasokan ke SPBU dikurangi, kemungkinan kru kendaraan menyerbu ke SPBU terdekat. Akibatnya pasokan cepat habis walau tak ada pembatasan beli.”