SOLOPOS.COM - Pemain dan ofisial Arema FC mendatangi Stadion Kanjuruhan Malang, Senin (3/10/2022), stelah tragedi memilukan di stadion tersebut yang mengakibatkan lebih dari seratus suporter meninggal dunia. Kedatangan pemain dan ofisial Arema FC tersebut sebagai bentuk belasungkawa atas tragedi Kanjuruhan yang memakan banyak korban jiwa tersebut. (Antara/Prasetia Fauzani)

Solopos.com, SUKOHARJO — Tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang, menyisakan trauma mendalam bagi banyak pihak. Psikolog menyoroti bahwa korban perlu mendapat dukungan banyak pihak dari keluarga hingga lingkungan.

Dosen Program Studi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD), Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, Kartasura, Sukoharjo, Ernawati menyampaikan orang terdekat harus memberikan psikoedukasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Korban perlu mendapatkan support dari berbagai pihak, terutama keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Orang terdekat harus memberikan psikoedukasi, dihibur, diperhatikan di situ akan sangat membantu pemulihan kondisi seseorang yang merasakan trauma,” terang Ernawati kepada Solopos.com, Selasa (4/10/2022).

Seperti diketahui beberapa waktu lalu kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur menewaskan ratusan supporter Arema. Menurutnya hal itu tentu sangat memprihatikan bagi seluruh rakyat Indonesia karena jumlah korban yang sangat banyak.

Sementara dari ratusan jumlah korban ada anak-anak dan juga wanita. Hal itu sangat menambah keprihatinan terutama di dunia persepakbolaan. Pihaknya sangat menyayangkan kejadian itu terjadi.

Baca juga: Tragedi ’65 dan “Mari Bersuka Ria” ala Soekarno

“Terkait trauma, jelas itu akan memberikan trauma yang sangat mendalam bahkan tidak hanya pada keluarga yang ditinggalkan. Orang-orang yang terlibat dalam kejadian tersebut sebagai bagian dari saksi ataupun yang melihat dan ikut merasakan betapa perjuangan dari moment mengerikan itu bisa mereka rasakan,” ucap Erna.

Padahal menurutnya setiap orang memiliki ketahanan psikologi berbeda, ada yang lekas pulih traumanya, ada pula yang sulit untuk pulih. Hal itu bisa terjadi karena trauma melibatkan emosional seseorang dan bisa berdampak pada gangguan kesehatan mental seseorang.

“Reaksi dari trauma itu kan, syok, sedih, kepikiran terus menerus, ada perasaan takut dan bayangan dari peristiwa itu akan terus mengikuti. Akhirnya overthinking dan lain sebagainya,” kata Ernawati.

Dia menambahkan ketika ketahanan psikologi seseorang belum matang dia harus bertemu ahli, harus datang ke psikolog. Menurutnya mereka harus benar-benar menajalani konseling dan pemulihan.

Agar bisa segera berpikir positif dan menganggap kejadian itu bagian dari skenario Tuhan yang mau tidak mau harus diterima. Korban harus menatap ke masa depan dan diharapkan tidak terus menerus sedih, syok dan meratapi.

Baca juga: Korban Jiwa Tragedi Kanjuruhan: Polisi Sebut 125 Orang, Aremania Bilang Lebih

“Kalau boleh menganalisis siapa yang sebenarnya harus bertanggungjawab? Rasanya kalau saling menyalahkan itu tidak menjadi solusi, tetapi semua sudah terjadi, maka evaluasi yang dilakukan harus mengarah ke bagaimana tindakan agar peristiwa semacam ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” tegas Ernawati.

Ernawati menyoroti soal persiapan penyelenggara yang seharusnya ada edukasi bagi para supporter yang kebanyakan anak-anak muda yang memiliki sumbu pendek atau emosinya mudah terpancing. Hal itu harus menjadi perhatian agar ketika menghadapi pertandingan kalah dan menang para suporter bisa menerima.

“Itu PR yang bisa kita berikan kepada anak-anak muda pecinta sepak bola khususnya. Adapun aparat yang terlibat menjadi garda pengamanan harus melihat dan mengevaluasi diri. Karena tentunya ada aturan gas air mata boleh dikeluarkan atau tidak,” jelas Ernawati.

Dia mengatakan gas air mata tidak perlu ditembakkan mengingat sirkulasi udara di tribun atau lokasi pertandingan tidak sebagus di luar tribun. Kondisi itu juga berbeda jika dibandingkan dengan pendemo.

“Mungkin mereka [pendemo] sudah bersiap ketika dihadapkan pada kemungkinan gas air mata itu akan dikeluarkan. Sementara ketidaksiapan penonton dengan gas air mata pastinya semua ingin menyelamatkan diri, semua menuju pintu keluar dan sebagainya. Akhirnya terjadi hal-hal yang tidak kita harapkan,” tegas Ernawati.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Kompolnas Sebut Tak Ada Perintah Tembakkan Gas Air Mata

Menurutnya semua pihak harus mau mengevaluasi diri demi kebaikan bersama. Baik pecinta sepakbola, penyelenggara, aparat dan semua pihak yang ada di dalamnya.

“Kalau hanya menyalahkan akan habis energi untuk menyalahkan. Sepak bola sebetulnya pemersatu dari semua lapisan masyarakat, umur dan latarbelakang. Idealnya itu bisa menjadikan sepak bola tidak mengarah ke hal anarkis atau tindakan kriminal ketika pihaknya mengalami kekalahan,” jelasnya.

“Memang harus didalami dulu sejauh mana trauma yang dialami oleh penonton yang ada di sana maupun keluarga yang menjadi korban. Maka sangat penting untuk saling support saat ini agar duka trauma segera bisa diatasi. Pendekatan religiusitas juga penting untuk dilakukan sehingga lebih cepat pulihnya,” imbuhnya.

Sementara, diberitakan sebelumnya, Menko Polhukam, Mahfud Md., mengaku mendapatkan target dari Presiden Joko Widodo bahwa tim pencari fakta harus menuntaskan kasus Tragedi Kanjuruhan dalam waktu satu bulan. Dia mendengar instruksi tersebut saat melapor ke Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Baca juga: Ini Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan

“Tim pencari fakta diminta bekerja kalau bisa tidak sampai satu bulan sudah bisa menyimpulkan. Karena masalah besarnya sebenarnya sudah diketahui, tinggal masalah-masalah detailnya yang itu bisa dikerjakan mungkin tidak sampai satu bulan,” kata Mahfud kepada awak media di lingkungan Istana Kepresidenan selepas pertemuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya