SOLOPOS.COM - Agus Riewanto (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO -- Munculnya putra-putri mahkota politikus yang akan meneruskan kiprah orang tua mereka dalam dunia politik dinilai sebagai hal yang wajar dan sudah biasa terjadi di berbagai belahan dunia.

Namun, sebaiknya regenerasi politik dari kalangan keluarga didasarkan kepada rasionalitas. Figur generasi baru yang muncul harus memulai perjuangan dari bawah, membersamai partai politik dalam menginisiasi kemajuan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pendapat itu disampaikan pengamat politik UNS Solo, Agus Riewanto, saat wawancara dengan Solopos.com, Rabu (24/2/2021). Menurut Agus, regenerasi politik memang harus ada. Sebab politik itu memang harus dimudakan.

Baca Juga: Sampul Muka Solopos Edisi Hari Batik Diganjar Silver Award IPMA 2021 

“Dalam pengertian kepemimpinan politik itu mesti bersirkulasi dengan generasi muda. Supaya ada harapan bahwa politik kita lebih berorientasi kepada kebajikan, atau lebih berorientasi kepada masa depan,” ujarnya melalui sambungan telepon.

Keberadaan generasi muda yakni putra-putri mahkota politikus, menurut Agus, dapat mendinamisasikan berbagai instrumen dalam dunia politik. Namun terkait regenerasi politik dari keluarga sendiri ia menekankan pentingnya memulai dari bawah dan dari awal.

Bekerja Keras Bersama Partai

“Dengan tumbuh dan berkembang dari bawah, bekerja keras bersama partai, harapannya mereka bisa menginisiasi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat melalui ide dan gagasan yang segar dan membangun,” katanya.

Baca Juga: 47 Sepeda Motor Disita Polisi Dari Rumah Warga Panularan Solo, Kasus Apa Ya?

Agus juga menggarisbawahi pentingnya regenerasi politik dari kalangan keluarga karena proses alamiah, bukan karena paksaan. Dengan berbagai alasan, seorang tokoh politik bisa saja menyeting anaknya agar terjun ke dunia politik.

“Masalahnya apa mereka didasarkan rasionalitas, bukan nama besar orang tua? Kalau hanya di-setting, itu yang tak baik. Dia tak menjadi diri sendiri alias hanya akan copy paste ayahnya, tak ada nilai autentik,” urainya.

Agus menerangkan putra-putri mahkota politikus biasanya akan mempunyai karier cemerlang bila orang tuanya dianggap publik sebagai figur yang baik. Tak perlu membuat jalur tikus lagi, putra mahkota tinggal melenggang di jalan yang ada.

Baca Juga: Pelantikan Bupati-Wabup Klaten Enggak Pakai Acara Makan-Makan

“Karier akan cepat meroket karena nama besar orang tua. Selain itu para putra mahkota sudah mempunyai jaringan yang notabene jaringan orang tuanya. Jadi tinggal jalan saja, tidak perlu membuat jalan tikus,” katanya.

Modal Sosial

Sebagai putra mahkota, mereka juga sudah mempunyai modal sosial, politik, dan ekonomi yang cenderung mapan. Berbagai modal tersebut akan sangat mendongkrak sosok putra mahkota di masa-masa awal kariernya.

Sebagaimana diinformasikan, ada sedikitnya tujuh figur putra-putri mahkota yang terkait dengan politikus asal Soloraya. Berikut nama-nama mereka:

Baca Juga: 69 Ahli Waris Pasien Meninggal Karena Covid-19 di Klaten Batal Terima Santunan

1. Gibran Rakabuming Raka (putra sulung Presiden Jokowi)
2. Bobby Nasution (menantu Presiden Jokowi)
3. Rheo Fernandez (putra mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo)
4. Kusdinar Untung Yuni Sukowati (putri eks Bupati Sragen, Untung Wiyono)
5. Untung Wibowo Sukowati (putra eks Bupati Sragen, Untung Wiyono)
6. Ilyas Akbar Almadani (putra Bupati Karanganyar, Juliyatmono)
7. Disa Ageng Alifven (putra eks Wabup Karanganyar, Paryono)
Sumber: Dihimpun dari berbagai sumber

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya