SOLOPOS.COM - Raja Sultan Hamengku Buwono X saat membaca Sabda Tama atau pernyataan Raja didampingi GKR Hemas dan Adipati Paku Alam IX di Bangsal Kencono, Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, Kamis (10/5/2012). (JIBI/Harian Jogja/GIGIH M. HANAFI)

Raja Sultan Hamengku Buwono X saat membaca Sabda Tama atau pernyataan Raja didampingi GKR Hemas dan Adipati Paku Alam IX di Bangsal Kencono, Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, Kamis (10/5/2012). (JIBI/Harian Jogja/GIGIH M. HANAFI)

JOGJA-Diskusi grand design Keistimewaan DIY mendapat banyak masukan mulai dari isu peran perempuan sampai dengan isu kebencanaan yang belum masuk dalam desain keistimewaan DIY.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Dewi, praktisi dari UGM menilai perempuan harus masuk pokok pembahasan. “Perlu diterangkan untuk perempuan karena kalau tidak dijelaskan sejak awal akan muncul asumsi apa yang diperoleh laki laki juga diperoleh perempuan. DIY ini terdiri laki laki dan perempuan,” katanya dalam diskusi Grand Design di Kepatihan Jogja, Kamis (27/12/2012).

Di dalam kebudayaan dijelaskan pula isu eksploitasi anak dan perempuan untuk dijelaskan. “Karena ada non eksploitasi lingkungan maka perlu dimasukkan non eksploitasi terhadap perempuan dan anak,” imbuh Dewi.

Sementara itu, Ahmad dari PII wilayah DIY berpendapat perlu untuk memasukkan kebencanaan. Arahan kebijakan publik seperti itu belum ada. “DIY punya tantangan kebencanaan bahkan puting beliung sudah menyerang sejumlah wilayah. Perlu ada kebijakan publik untuk bencana,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya