SOLOPOS.COM - Jembata sasak di Beton, Jebres, Solo dipasang pagar penutup, Minggu (2/10/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Keberadaan jembatan sasak di Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan Sewu maupun Sangkrah dengan Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, menjadi dilema. Di satu sisi, keberadaannya dibutuhkan sebagai jalan pintas yang menghemat waktu dan biaya perjalanan selama Jembatan Jurug B dan Jembatan Mojo ditutup.

Namun di sisi lain ada bahaya yang mengintai keselamatan para pengguna jalan mengingat jembatan dari anyaman bambu itu dioperasikan tanpa melewati pengujian teknis maupun kekuatan. Kini jembatan sasak itu ditutup karena ketinggian air Sungai Bengawan Solo meningkat akhir-akhir ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo, Nur Basuki, saat ditemui Solopos.com, Selasa (4/10/2022), menungkapkan keprihatinan terkait faktor keamanan yang diabaikan dalam 0perasional jembatan sasak Bengawan Solo. Apalagi jembatan sasak berdiri dengan konstruksi yang kekuatannya belum teruji.

“Melihat jembatan sasak, ya bahaya, pengendara juga keselamatannya terabaikan di situ. Jembatannya juga strukturnya bagaimana kita tidak tahu dan kalau ada apa-apa siapa yang mau bertanggung jawab,” ujarnya.

Ia membandingkan prosedur membangun jembatan oleh DPUPR yang cukup panjang. Apalagi dengan jembatan yang menghubungkan dua kabupaten atau kota yang berbeda, prosedur yang harus dilalui setidaknya membutuhkan waktu tiga bulan hanya untuk perizinan.

Baca Juga: Jembatan Sasak Mojolaban-Beton Solo Ditutup, Pengelola Rugi Jutaan Rupiah

“Misal mau bangun jembatan, itu ya harus komunikasi dengan Kabupaten Sukoharjo seperti apa, misal Kabupaten Sukoharjo sudah melakukan pembebasan lahan, dari Kota Solo ya harus mendapatkan persetujuan dari DPRD untuk membangun jembatan. Dilihat faktor keselamatannya bagaimana, strukturnya bagaimana, untuk perizinan saja butuh waktu sampai tiga bulan,” ulasnya.

Jembatan Sasak Dibangun Swadaya

Nur Basuki juga menjelaskan sudah mengadukan soal jembatan sasak yang dibangun warga ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo untuk ditindaklanjuti. Namun sejauh ini belum ada tanggapan.

“Sudah kami laporkan ke BBWS Bengawan Solo sebenarnya, tapi ya belum ada tanggapan atau teguran kepada pengelolanya. Ya mau bagaimana pun, jembatan sasak itu juga dibangun oleh masyarakat dan sekarang juga jadi sumber pemasukan buat warga di sana,” ulasnya.

Baca Juga: Arus Kencang dan Debit Air Naik, Jembatan Sasak Gadingan-Beton Solo Ditutup

Sebagai informasi, jembatan sasak yang menghubungkan Kampung Beton, Sewu, Solo, dengan Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, dibangun secara swadaya oleh warga. Mereka mengeluarkan biaya kurang lebih Rp15 juta untuk membangun satu lajur jembatan sasak.

Jembatan itu dibangun beberapa hari sebelum Jembatan Mojo ditutup, Senin (26/9/2022). Saat Jembatan Mojo ditutup, pengguna kendaraan roda dua langsung menyerbu jembatan sasak tersebut.

Ribuan orang memanfaatkan jembatan dari bambu itu. Mereka mesti membayar Rp2.000-Rp3.000 per motor untuk sekali menyeberang. Dari tarif tersebut, pengelola mengantongi hingga Rp8 juta pada hari itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya