SOLOPOS.COM - Solopos FGD Virtual, Percepatan Penanganan Covid-19 di Jawa Tengah menghadirkan sejumlah pihak, Kamis (17/6/2021) malam. (Tangkapan layar)

Solopos.com, SOLO – Pertanyaan soal dicovidkan, proses dan minimnya pendonor plasma, hingga keterisian tempat tidur isolasi menjadi pembahasan menarik di Solopos Focus Group Discussion (FGD) Virtual yang digelar secara life, Kamis (17/6/2021).

Solopos FGD Virtual, Strategi Percepatan Penanganan Covid-19 di Jawa Tengah dengan moderator Pemimpin Redaksi Solopos, Rini Yustiningsih disiarkan melalui kanal Youtube Solopos TV, Instagram, dan Facebook Solopos.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain Gubernur Ganjar Pranowo, hadir pula di Solopos FGD Virtual, Juru Bicara RS UNS Solo, dr. Tonang Dwi A., dan Ketua DPRD Solo, Budi Prasetyo. Lalu Penanggungjawab Tempat Isolasi Mandiri Donohudan, dr. Sigit Armunanto dan CEO & Sekretaris PMI Solo, Sumartono Hadinoto.

Baca juga: Strategi Penanganan Covid-19 di Jateng Dengan PPKM Mikro dan Sinergi

Ekspedisi Mudik 2024

Mengenai pertanyaan istilah pasien dicovidkan atau dipositifkan Covid-19, menurut dr. Tonang, sebenarnya hal ini tidak ada. Ia pun memberi gambaran sebelum adanya Covid-19. Ketika seorang penderita gula atau diabetes rutin kontrol tapi suatu saat kena demam berdarah kemudian meninggal.

“Ada orang tersebut habis mondok [opname] karena penyakit gula tapi di jalan meninggal karena kecelakaan. Kita katakan orang tersebut sakit gula tapi meninggal karena kecelakaan. Sebetulnya covid juga sama orang tersebut benar kecelakaan tapi terinfeksi covid. Kalau ditanya benar orang tersebut meninggal karena kecelakaan tapi kenapa dikelola dengan cara Covid karena punya infeksi Covid agar tidak menular. Bukan dicovidkan,” kata dr. Tonang di Solopos FGD Virtual.

Jadi perlu diluruskan agar tidak salah kaprah, menyebut Covid-19 itu karena infeksinya tapi meninggalnya bisa karena yang lain. Lantas apa ada yang murni meninggal karena Covid-19?

“Ada di Amerika Serikat, Eropa dan India. , tapi yang banyak adalah yang ditambah karena komorbid, seperti asma, gula jantung, dan paru. Bisa juga kecelakaan namun karena kontak erat kita tes. Jadi bukan dicovidkan agar rumah sakit data uang banyak. Tidak,” tegas dr. Tonang.

Baca juga: Catat! Ini Deretan Kasus Warga Soloraya Jadi Korban Pinjol Ilegal

Pendonor Plasma

Sedang mengenai sedikitnya pendonor plasma darah konvalesen, Sumartono menyampaikan langsung di Solopos FGD Virtual. Ia berharap Gubernur, Dinkes, berkoordinasi untuk mendata pasien Covid-19 yang sudah sembuh. Agar mereka berkenan jadi pendonor.

“Karena selama ini PMI tidak punya datanya. Juga mengenai lamanya pemrosesan plasma konvalesen, karena ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh agar bisa didonorkan kepada pasien Covid-19,” jelas Sumartono.

Gubernur Ganjar pun langsung menanggapi bahwa sebenarnya banyak yang bersedia menjadi pendonor plasma darah konvalesen. Seperti saat berkunjung ke isolasi terpusat. PMI nantinya bisa bekerja sama dengan Dinkes agar membuat form yang diisi penyintas apakah bersedia jadi pendonor plasma.

Baca juga: 3 Dosen UNS Solo Meninggal Positif Covid-19, Aktivitas Kampus Dibatasi Sepekan

“Ada MoU antara Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Rumah Sakit, dan PMI soal data penyintas Covid-19 terkait pendonoran plasma darah. Jadi kita tawarkan supaya bersedia mendonorkan plasma darah. Kita edukasi juga ini menolong orang lain yang sedang sakit,” jelas Ganjar di Solopos FGD Virtual.

Mengenai keterisian tempat tidur isolasi, menurut dr. Tonang memang kondisinya saat ini sedang penuh. Apalagi RS UNS Solo yang letaknya di sisi utara Sukoharjo yang menerima pasien dari berbagai daerah.

“Namun kita juga sering duduk bersama membahas proyeksi mengenai penambahan ruang isolasi. Seperti sekarang ini, ada rumah sakit yang kemudian membuka lagi ruang isolasi karena ada peningkatan kasus,” jelasnya.

Penanganan Isolasi Donohudan

Sementara Penanggungjawab Tempat Isolasi Mandiri Donohudan, dr. Sigit Armunanto mengatakan, saat ini ada sekitar 700 pasien yang menjalani isolasi di Donohudan. Sekitar 300 orang dari Soloraya dan 400 dari Kudus.

"Memang belum dapat dipastikan apakah ada varian Delta dari Kudus. Kendati demikian, untuk penempatannya yang dari Kudus dipisahkan dengan yang dari Soloraya. Sebagai upaya antisipasi," kata Sigit di Solopos FGD Virtual.

Baca juga: Ratusan Pemasok Tekstil Dari Zona Merah Covid-19 Masih Berdatangan Ke Kawasan Pasar Klewer Solo

Seluruh penghuni juga selain diberikan obat juga diatur pola makannya, istirahat yang cukup dan kegembiraan. Saat ini, sambung Sigit, ada 600 pasien yang sedang menunggu hasil PCR. Apabila hasilnya negatif maka bisa dipulangkan.

“Memang ada yang sudah negatif namun keluarganya masih khawatir, sehingga belum bisa menerimanya. Maka kita upayakan ditempatkan di lokasi yang nyaman sambil edukasi ke keluarganya,” jelasnya di Solopos FGD Virtual.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya