SOLOPOS.COM - Garis polisi dipasang di lokasi ditemukannya EL, siswi SMP asal Grogol, Sukoharjo, yang meninggal dunia bersimbah darah, Selasa (24/1/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Seorang siswi SMP berinisial EL, 15, asal Grogol, Kabupaten Sukoharjo diduga menjadi korban pembunuhan saat menjalani kencan online dengan lelaki hidung belang, Selasa (24/1/2023).

Siswi kelas IX SMP ini ditemukan bersimbah darah di tanah lapang belakang di Karaoke KCRI di Desa Pandeyan, Grogol, sekitar pukul 00.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kejadian remaja perempuan di bawah umur yang diduga menjalani kencan online ini membikin miris.

Berdasarkan dokumentasi Solopos.com, kasus siswi kencan online bukan kali ini saja terjadi.

Berikut rangkuman beberapa peristiwa siswi kencan online yang dihimpun, Selasa (24/1/2023):

1. Samarinda, Kalimantan Timur

Pada 10 Februari 2021 lalu, 20 siswi SMP di Samarinda, Kalimantan Timur, diduga jadi korban prostitusi online.

Mereka ditawarkan oleh muncikari lewat grup aplikasi pesan WhatsApp.

Ke-20 remaja perempuan itu nekat menjalani prostitusi online dengan alasan ekonomi, seperti keperluan kuota internet di masa belajar di rumah.

Sebelum dijajakan oleh muncikari, mereka bergabung ke grup WA yang berisi pekerja seks komersial (PSK).

Fasilitator Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian PPA, Adji Suwignyo, mengatakan kasus itu terbongkar setelah dirinya mendapat laporan dari anak perempuannya.

“Awalnya anak saya diajak temannya dan sempat masuk grup WhatsApp. Ternyata isinya, pornografi semua. Anak saya kemudian memberi tahu saya,” kata Adji Suwignyo.

Adji menerangkan, dalam grup itu terjadi transaksi open booking out (BO) yang ternyata diikuti 20 siswi SMP.

“Di dalam grup itu bertukar biografi. Sebagian anak, menawarkan temannya sendiri. Mereka mengambil fee,” jelas Adji seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Adji berharap, orangtua ketat mengawasi ponsel anaknya di rumah.

“Orangtua mesti cek ponsel anak masing-masing. Khawatirnya, nanti lebih liar, dan terjerumus,” sebutnya.

2. Blitar, Jawa Timur

Seorang perempuan muncikari di Blitar, Jawa Timur dibekuk polisi pada 7 April 2021.

Perempuan berinisial BY, 40, itu mempekerjakan enam siswi SMP dan SMA sebagai pekerja seks komersial (PSK).

Para pelajar ditawarkan kepada pria hidung belang dengan tarif Rp300.000 untuk sekali kencan.

Kapolres Blitar Kota AKBP Yudhi Heri Setiawan mengatakan, kasus prostitusi online terbongkar setelah pihaknya mendapat laporan dari masyarakat dan menggerebek sebuah kamar kos di Jalan Jawa Kecamatan Sana Wetan, Kota Blitar.

Di tempat itu ditemukan pasangan laki-laki dan perempuan yang merupakan pria hidung belang dan seorang siswi SMP.

Dari penyelidikan, BY mengakui mempunyai enam PSK yang masih berusia remaja.

Para korban ditawarkan melalui pesan WhatsApp kepada pria hidung belang.

Setelah bertransaksi mereka menentukan sendiri lokasi kencan. Ada yang di tempat kos ada pula yang menyewa kamar hotel.

“Transaksi melalui WA, kemudian bisa datang ke kos-kosan yang disediakan muncikari. Bisa juga dibawa ke tempat pelanggan,” kata Kapolres Yudhi.



3. Batam, Kepulauan Riau

Setahun sebelumnya, kasus prostitusi melibatkan siswi SMP juga terjadi di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Pada 22 Juli 2020, seorang siswi SMP berusia 15 tahun terungkap menjajakan dirinya lewat praktik prostitusi online.

Remaja perempuan itu mematok tarif Rp500.000 untuk sekali kencan plus-plus.

Selain karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, siswi SMP tersebut mengaku perlu uang untuk membeli kuota internet.

Selain siswi SMP, aparat Polres Batu Aji, Batam juga meringkus dua pria yang masing-masing berstatus muncikari dan pria hidung belang.

Kapolsek Batu Aji Kompol Jun Chaidir mengatakan, muncikari memanfaatkan aplikasi MiChat untuk menjual anak di bawah umur.

“Dua pelaku yang kami amankan yakni penyalur dan penikmat, keduanya kami amankan di Wisma Mitra Mall saat bertransaksi, Rabu (22/7/2020) malam kemarin,” kata Chaidir melalui telepon, Selasa (28/7/2020).

Dari pengakuan korban, ia masih bersekolah, dirinya nekat menjual diri untuk membeli kuata internet.

Selain itu, sambung Chaidir, korban ini berasal dari keluarga yang bermasalah dan jauh dari pengawasan orang tua.

Hal inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku untuk menjual korban di media sosial. Korban mengenal pelaku dari media sosial Facebook.

“Orang tua atau keluarga mohon mengawasi ketat anak-anak biar tidak terjerumus dalam pergaulan sesat,” kata Kapolsek Kompol Jun Chaidir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya