SOLOPOS.COM - Ilustrasi belajar daring. (freepik.com)

Solopos.com, KARANGANYAR--Guru di SMAN Kerjo, Karanganyar, harus meminjamkan handphone (HP) kepada siswa yang terkendala sarana penunjang dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kendala lain yang dialami SMAN Kerjo adalah kondisi geografis yang membuat siswa maupun guru susah menjangkau sinyal.

Kepala SMAN Kerjo, Sardiyo, mengatakan tidak semua siswa memiliki smartphone yang dapat digunakan untuk daring. Dampaknya guru tidak bisa menggunakan berbagai jenis aplikasi pendukung selama PJJ.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Kalau di sini, kendala utama lokasi geografis. Sinyal utamanya. Kendala kedua tidak bisa eksplore variasi aplikasi. Zoom itu lebih menarik tapi boros kuota. Kami dilematis. Harus bisa ngemong masyarakat dalam situasi begini. Kami pilih [aplikasi] yang rasional sesuai kondisi," ujar Sardiyo saat berbincang dengan Solopos.com melalui saluran telepon, Rabu (5/8/2020).

Hebat! Salatiga Siapkan Rp2,4 Miliar per Bulan untuk Kuota Internet Siswa

Saat ini, sejumlah guru di SMAN Kerjo menggunakan WhatsApp grup, Google Forms, Google Classroom, dan YouTube untuk menyampaikan materi dan memberikan tugas. Sardiyo membebaskan guru menggunakan media pembelajaran apa pun dengan catatan tidak memberatkan siswa.

"Bijak, jangan sampai menambah beban. Sesuaikan dengan kondisi psikologi dan ekonomi masyarakat. Guru diwajibkan melaporkan kurikulum setiap hari dalam bentuk jurnal mengajar. Itu cara kami memantau," tutur dia.

Pihak sekolah juga memantau apakah guru memberikan tugas yang dinilai memberatkan siswa selama PJJ. Hal ini dirasa perlu karena sejumlah siswa, orang tua siswa, maupun wali murid masih mengeluhkan tugas menumpuk selama pembelajaran secara daring.

Gara-Gara Belajar Daring, Siswi SMAN Kerjo Karanganyar Nangis dan Uring-Uringan

 

Maklum

Selama daring, pembelajaran hanya 20 menit hingga 30 menit setiap mata pelajaran. Dia memaklumi apabila pencapaian kurikulum tidak sesuai target. "Siswa juga wajib presensi setiap pagi menggunakan Google Form. Itu bagian dari membiasakan pendidikan karakter. Kami pantau setiap pekan untuk dievaluasi," jelasnya.

Sardiyo mengaku kendala sarana dan kuota Internet sudah diatasi bersama meskipun belum maksimal. Dia mencontohkan sejumlah guru meminjamkan handphone kepada siswa yang betul-betul membutuhkan.

"Ada guru punya handphone lebih, dipinjamkan ke siswa. Kalau kuota, kami gunakan BOS untuk membantu siswa membeli kuota Internet. Lebih dari seratus siswa kelas X, XI, dan XII pada tahun ajaran lalu diberi Rp50.000-an per bulan. Tahun ajaran ini akan kami salurkan. Sedang memetakan kelas X baru. Terkendala karena sama sekali belum pernah ketemu," ujar dia.

Wali Kota Salatiga Gagas Gerakan Sehari Tanpa Nasi, Ini Tujuannya…

Di sisi lain, Sardiyo berharap kerja sama dari orang tua maupun wali murid. Utamanya pengawasan selama PJJ atau sekolah daring. PJJ ini menurut dia membutuhkan peran semua pihak.

Sardiyo masih tidak bisa menjawab pertanyaan salah satu siswanya kelas XII, Cindi Nettya Ervani, yang bertanya kemungkinan melaksanakan pembelajaran tatap muka selama pandemi Covid-19.

"Ya sesuai kebijakan pemerintah kan belum memungkinkan. Jangan disamakan dengan mal yang sudah dibuka, tetapi kenapa sekolah belum. Kami berupaya memahamkan siswa dan orang tua," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya