SOLOPOS.COM - Sejumlah guru Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Bantul Jogja bekerja sama membuat batik berbahan pewarna alami, Kamis (9/1/2014). (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Tangan Eni Windarti, 28, terampil membolak balik selembar kain batik di dalam dandang besar berisi air yang tengah mendidih. Air itu berwarna cokelat pekat karena zat lilin atau malam pada batik yang meluntur terkena panas.

Proses mengaduk-ngaduk kain batik di dalam air panas itu dinamai lorod atau melunturkan zat malam pada kain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Proses lorod selesai namun pekerjaan Eni belum rampung. Guru Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Kasihan, Bantul itu, Kamis (9/1/2014), masih harus membilas kain batik buatannya dua sampai tiga kali dengan air hingga bersih sembari dikucek.

Setelah bersih, batik lalu diangin-anginkan dengan cara dijemur di tali tanpa terkena langsung sinar matahari. Eni menghabiskan waktu tiga hingga empat hari membuat sepotong batik sepanjang dua meter tersebut.

Sejak Senin (6/1/2014), ia sudah mulai merancang batik buatannya. Mula-mula ia menggambar motif batik di atas kain putih dengan canting dan juga dengan cap. Setelah itu, batik dicelup ke dalam air hasil rebusan daun mangga untuk memberi efek warna cokelat muda.

Setelah dicelup lalu dianginkan, dicelup lagi, dianginkan lagi begitu seterusnya sampai tiga kali. Lalu kain batik yang sudah berwarna itu difixasi alias dikunci warnanya agar tak luntur.

“Caranya dicelupkan ke dalam air kapur supaya wananya enggak berubah,” ungkapnya di sela-sela mengerjakan batik buatannya di SMSR.

Pada tahap pengujung yaitu melorod batik, yang berguna melunturkan zat malam atau lilin yang digunakan untuk menggambar batik.

“Kalau dihitung-hitung total mencelup dan menganginkan batik ini bisa sampai sepuluh kali. Terakhir kalau sudah dilorod dan dibilas lalu dianginkan sudah selesai,” tuturnya.

Jadilah kain batik milik Eni berbahan pewarna alami. Ia menggunakan motif Sekar Jagad dengan sedikit kombinasi pada batiknya. Sepotong kain itu bakal dijadikan bahan membuat baju yang akan ia pakai mengajar bersama puluhan guru lainnya.

Eni tak sendiri membuat batik berbahan pewarna alami itu, sejak Senin sampai kemarin dia bersama 39 orang guru serta 20 siswa SMSR membuat batik bersama-sama.

“Ini sebagai bagian menjaga kelestarian budaya membatik di kalangan guru dan siswa,” kata Rakhmat Supriyono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya