SOLOPOS.COM - Suasana pembelajaran tatap muka (PTM) di SMPN 1 Boyolali, Kecamatan Boyolali, Kamis (18/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Sebelum masuk ke kelas, siswa-siswi SMPN 1 Boyolali memindahkan sebuah girik atau kupon dari satu meja ke meja lainnya. Girik ini dipakai untuk mempermudah penghitungan jumah siswa yang hadir dalam pembelajaran tatap muka (PTM) di setiap sesi.

Girik ini terbuat dari kertas yang dilaminating. Di sana tertulis nomor urut dari 1 sampai yang tertinggi lebih dari 100. Girik akan tersusun berurutan angkanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seusai mencuci tangan begitu masuk ke halaman sekolah, siswa menjalani pengukuran suhu tubuh. Setelah itu mengambil girik di meja tanpa penjaga. Lalu berjalan sekitar 10 meter dan memasukkan girik ke paku di meja yang tersedia. Ia lalu masuk ke kelas.

Baca Juga: Jumlah Penggugat Tol Solo-Jogja ke PN Klaten Bertambah Jadi 30 Orang

Penggunaan girik ini dipakai sekolah untuk menghitung kehadiran siswa dalam PTM. Biasanya sekolah kerap ditanya berapa siswa yang masuk atau yang tidak masuk. Agar bisa mendapatkan jawaban cepat tanpa menyensus ke kelas-kelas, guru bisa melihat dari jumlah girik yang tersisa.

“Tujuannya untuk memantau ketat hadirnya berapa langsung ketemu. Giriknya sisa 1 misal, jadi yang belum hadir ada 1 [orang],” kata Kepala SMPN 1 Boyolali, Nurnaningsih, saat ditemui wartawan di sela monitoring dan evaluasi dari Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Boyolali, Kamis (18/11/2021).

Pelaksanaan PTM di SMPN 1 Boyolali berjalan lancar. Setiap siswa, guru, dan tenaga kependidikan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Bahkan, para siswa ini tidak perllu ditegur sudah melakukan semua prosedur secara mandiri seperti memakai masker, mencuci tangan, mengukur suhu tubuh termasuk menjaga jarak selama mengikuti PTM.

Baca Juga: Wonogiri Zona Merah Rawan Bencana, 5.115 Sukarelawan Siaga

Nurnaningsih menceritakan pelaksanaan PTM di SMPN 1 Boyolali dibagi menjadi dua sif yakni pagi pukul 7.00-9.00 dan siang pukul 10.00-12.00. Sekolah memberikan jeda sejam untuk mempermudah akses siswa yang pulang pada sesi pagi dan masuk pada sesi siang.

“Jadi enggak ada penumpukan siswa di sekolah. Kami beri jeda satu jam. Mereka dan pulang diantar orang tua,” kata dia.

Tak hanya itu, PTM di SMPN 1 Boyolali kini diikuti dua jenjang, misal kelas VII dan kelas VIII atau kelas VIII dan kelas IX. Awalnya, setiap PTM dalam satu hari hanya diikuti oleh satu jenjang.

Baca Juga: BNPB Tetapkan Wonogiri Zona Merah Rawan Bencana

Dalam monev yang dihadiri Komisi IV DPRD Boyolali, SMPN 1 Boyolali diambil sampel tes antigen sebanyak 10 orang terdiri atas guru dan siswa. Hasil tes ini seluruhnya negatif.

Selain itu, cakupan vaksinasi di SMPN 1 Boyolali juga tinggi. Dari total 842 siswa, hanya 14 siswa yang belum divaksin lengkap. Ke-14 siswa ini belum divaksin dengan beberapa alasan seperti umur yang belum mencapai 12 tahun, masih menunggu jadwal vaksinasi ke-2, baru saja menjalani operasi, dan lainnya.

“Dari monev tadi sempat diambil sampel tes antigen 10 orang terdiri atas guru dan murid. Semuanya hasilnya negatif,” kata Nurnaningsih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya