SOLOPOS.COM - PERAGAAN—Salah satu siswa SMKN 1 Pundong menjelaskan cara kerja alat deteksi tsunami. (HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

PERAGAAN—Salah satu siswa SMKN 1 Pundong menjelaskan cara kerja alat deteksi tsunami. (HARIAN JOGJA/DINDA LEO LISTY)

BANTUL—Tidak mau kalah dengan sejumlah SMK lain yang menyedot perhatian publik berkat prestasi di bidang otomotif SMKN 1 Pundong memilih unjuk gigi di bidang instalasi listrik. Dari tangan terampil dan otak cemerlang murid SMKitu,  terciptalah alat pendeteksi tsunami.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski masih dalam skala kecil karena dibuat untuk memenuhi tugas akhir, alat itu diyakini cukup ampuh menekan jatuhnya korban akibat gelombang dasyat tsunami.

“Sudah berkali-kali diuji dan hasilnya cukup memuaskan,” kata Wahyu Rismanto, teknisi pendamping jurusan teknik instalasi tenaga listrik (TITL) SMKN 1 Pundong kepada Harian Jogja, Selasa (21/2).

Wahyu menerangkan, detektor tsunami itu pertama dibuat Nurul Ihwanto dan Rahmat Hidayat, murid SMKN 1 Pundong pada 2007 silam. Meski sudah menyabet juara 1 Olimpiade Elektronik tingkat SMU/SMK se DIY-Jateng dan piala bergilir dari Gubernur DIY pada 2007, generasi penerus kedua alumnus berotak encer itu tidak mudah puas.

Salah satunya adalah murid kelas XII jurusan TITL, Nugroho Sri Mulyono, 18. Kepada Harian Jogja, Nugroho menerangkan masih ada beberapa kelemahan dari alat pendeteksi tsunami tersebut. Di antaranya, dua lempengan tembaga sebagai elektroda pengirim sinyal ke relay yang mudah rusak jika terendam di air laut.

“Saat ini kami masih mencari elektroda pengganti yang tahan korosi lebih lama. Selain itu, juga dibutuhkan kabel penghantar sinyal yang mumpuni untuk ditanam di permukaan laut,” ungkapnya sembari memperagakan alat tersebut.
Wahyu menambahkan, cara kerja alat pendeteksi tsunami itu cukup sederhana. Cukup dengan memasang dua elektroda yang terhubung ke relay 12 volt DC dan peranti lain pengolah sensor.

Selain relay, piranti lain terangkai dalam kotak mungil dengan panjang sekitar 30 centimeter dan tinggi 15 centimeter itu meliputi adaptor AC ke DC, SCR, transistor, dan alarm.

“Dua elektroda itu bisa dipasang di bawah permukaan air laut. Dengan jarak 100 meter (untuk elektroda pertama) dan 300 meter (elektroda ke dua),” terang dia.

Ketika air laut surut hingga lebih dari 300 meter, elektroda kedua langsung mengirimkan sinyal dan diolah hingga membunyikan alarm secara otomatis.

Kepala SMK N 1 Pundong, Dwi Suranto mengaku memberi dukungan penuh kepada murid yang berani berkreasi. Selain ingin menyempurnakan alat pendeteksi tsunami, kata dia, “Kami juga memacu murid lain untuk menciptakan alat yang tidak kalah penting bagi masa depan.” (JIBI/Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya