SOLOPOS.COM - Arif Budisusilo (Istimewa/Dokumen pribadi).

Solopos.com, SOLO -- Manuver bos Tesla Elon Mask dengan drama bitcoin telah membuat pencinta uang kripto di seluruh dunia itu menangis darah.  Namun, drama ekonomi virtual itu justru berkebalikan dengan tampilan layar ekonomi riil.

Lihat saja sejumlah kabar baik yang muncul belakangan ini. Di tengah situasi pasar uang kripto dan kondisi pasar saham yang sedang babak belur, kondisi makroekonomi Indonesia justru mengirimkan sinyal menggembirakan.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Kabar utama datang dari Badan Pusat Statistik atau BPS. Pada Kamis (20/5/2021) BPS mengumumkan neraca perdagangan April 2021 konsisten melanjutkan kinerja positif yang membukukan surplus US$2,19 miliar.

Yang meyakinkan adalah  surplus perdagangan  nonmigas  mencapai US$3,26 miliar. Ini berarti sudah lebih dari setengah lusin dalam hitungan bulanan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus pada era pandemi ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Awalnya, banyak kalangan khawatir surplus neraca perdagangan ini terbentuk  akibat penurunan impor yang lebih tajam daripada penurunan ekspor. Namun, lihat saja, ekspor justru terus menanjak naik dari bulan ke bulan. Sebaliknya, impor juga mulai cenderung meningkat.

Bandingkan saja ekspor April 2021 yang  melonjak hingga 51,94% dibandingkan dengan April tahun lalu. Yang menggembirakan, lonjakan ekspor ini ditopang oleh ekspor nonmigas hingga 51,08%.

Selama periode Januari-April 2021, ekspor Indonesia mencapai US$67,38 miliar atau naik 24,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini ditopang ekspor nonmigas yang mencapai US$63,78 miliar, naik 24,84% selama setahun terakhir.

Secara keseluruhan, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-April 2021 naik 25,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020.  Bila dicermati lebih jauh dengan angka-angka impor Indonesia, tampaknya perbaikan kinerja perdagangan ini semakin solid dan meyakinkan.

Surplus konsisten terbentuk oleh kenaikan ekspor yang juga disertai kenaikan impor secara bersamaan. Sekadar gambaran saja, pada April 2021, impor Indonesia naik 29,93% dibandingkan dengan April tahun lalu.

Secara lebih spesifik, impor nonmigas April 2021 juga naik 22,10% dibandingkan April 2020. Lonjakan yang sama juga terjadi selama periode Januari-April 2021 dibandingan dengan periode yang sama tahun lalu.

Tentu saja, ini adalah kabar baik. Kenaikan impor nonmigas, terutama pada komoditas yang terkait langsung dengan aktivitas manufaktur, berarti akan menuntun kepada kenaikan aktivitas industri. Ini berarti pertanda kuat bahwa geliat ekonomi di sektor riil mulai berjalan.

***

Maafkan saya jika terpaksa harus menjejali tulisan ini dengan angka-angka. Sekadar untuk menunjukkan bahwa sinyal pemulihan mulai tampak makin terang. Apalagi bila dikaitkan dengan indikator terkait, yakni indeks pengadaan manufaktur Indonesia.

Posisi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia ternyata terus membukukan rekor baru. Terakhir, posisi PMI Indonesia berada  di level 54,6. Ini adalah angka yang relatif tinggi di bandingkan dengan posisi PMI Indonesia yang berkisar pada angka 51-52 sebelum pandemi Covid-19.

Angka PMI di atas 50 itu secara konsensus diartikan sebagai adanya peningkatan aktivitas manufaktur. Sebaliknya, angka indeks PMI di bawah 50 menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur. Perekonomiam Indonesia pernah mencatatkan angka PMI di kisaran 47 pada puncak pandemic Covid-19 tahun lalu, yang berarti aktivitas pabrikan mati suri.

Biar makin yakin, ada lagi indikator lain yang perlu kita lihat. Data dari Astra Internasional, holding pabrikan otomotif terbesar di Indonesia, juga menunjukkan penjualan mobil mereka cenderung terus naik.

Pada Januari 2021, penjualan mobil Astra mencapai 26.830 unit, dan naik hampir dua kali lipat menjadi 45.521 unit pada Maret 2021 dan 41.676 unit pada April 2021. Angka ini konsisten dengan penjualan mobil secara nasional yang meningkat dari 52.909 unit pada Januari 2021 menjadi 78.908 unit pada April 2021.

Jika dibandingkan dengan posisi penjualan mobil domestik pada April tahun lalu saat pandemi Covid-19 mulai mengamuk, angka penjualan April tahun ini melonjak 902%. Anda tahu, penjualan mobil  domestik pada April tahun lalu hanya mencapai 7.868 unit!

Ini tentu berimbas pada aktivitas ekonomi secara signifikan. Industri otomotif memiliki efek berantai yang panjang, terutama terkait dengan industri komponen yang beragam. Jelas, geliat penjualan otomotif akan mendorong aktivitas manufaktur yang lebih luas secara bersamaan.

Masih perlu indikasi yang lain? Nah, saya ada catatan tambahan. Data dari pengelola Terminal PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) Tanjung Priok pada April 2021 kian memantapkan infikator pemulihan manufaktur itu.

Di terminal internasional, jumlah kendaraan built up (CBU) yang ditangani mencapai 25.450 unit pada April 2021. Ini adalah lonjakan setinggi 75,88% daripada April tahun lalu yang hanya 14.470 unit.

Apakah ini konsisten dengan kinerja neraca perdagangan? Tampaknya iya. Dari jumlah tersebut, bahkan jumlah CBU ekspor naik hingga 99,06%. Jumlahnya mencapai 22.140 unit pada April 2021. Bandingkan dengan  April tahun lalu yang hanya 11.122 unit.

Pada kendaraan kategori alat berat, yang merupakan gabungan antara kendaraan berat dan truk serta bus, juga naik signifikan sebesar 66,94% pada April tahun ini. Bahkan, jumlah ekspor alat berat naik fantastis hingga 927,12%!

Bagaimana dengan komponen? Pada kategori spareparts ini jumlah yang ditangani IPCC pada April 2021 mencapai 1.684 meter kubik atau naik 142,86% dibandingkan dengan April 2020. Lonjakan yang lebih fantastis terlihat di terminal domestik.



Kendaraan yang ditangani terminal Tanjung Priok itu pada April 2021 mencapai 17.202 unit. Itu merupakan lonjakan 338,38% dari April 2020 yang hanya 3.924 unit. Dan, itu konsisten dengan penanganan komponen (spareparts) yang melonjak hingga 3.214%!

Secara akumulasi pada periode Januari-April 2021 juga menunjukkan kenaikan signifikan dibanding tahun lalu. Untuk kendaraan CBU naik 23,17%, alat berat naik 14,39%, dan spareparts melonjak 835,73%.

Buat saya, angka-angka itu bisa jadi pegangan, bahwa strategi kebijakan yang dimotori Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk relaksasi pajak penjualan mobil derngan spesifikasi tertentu telah membuahkan hasil.

Strategi tersebut cukup jitu dalam memompa pembelian kendaraan baru dan mendorong aktivitas manufaktur. Dan, ternyata kendaraan roda dua, yang menjadi indikator konsumen kelas menengah ke bawah, juga mengalami peningkatan signifikan. Pada Januari-April tahun ini, terjadi lonjakan penjualan hingga 129,46% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

***

Data makro itu tampaknya korelatif dengan perkembangan ekonomi sejumlah wilayah. Di sela-sela mensyukuri ulang tahun ke-13 Harian Jogja, Kamis (20/5), kami mendiskusikan kondisi perekonomian wilayah Daerah IstimewaYogyakarta mulai tumbuh positif.

Pergerakan orang untuk berwisata, tentu dengan protokol kesehatan yang tetap ketat,  mulai mendorong geliat ekonomi daerah. Lalu, di luar itu, banyak kabar baik dari tataran ekonomi digital yang menebar optimisme lebih besar lagi.

Hampir sepekan terakhir ini pelaku bisnis memperbincangkan merger raksasa antara Gojek dan Tokopedia yang melahirkan raksasa digital baru: Go-To. Grup GoTo yang memiliki valuasi gabungan hingga US$18 miliar atau hampir Rp200 triliun itu menjadi raksasa teknologi dengan valuasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Bandingkan dengan Grab yang memiliki valuasi sekitar US$14 miliar. Jika benar bahwa raksasa digital hasil merger itu akan melantai di bursa saham akhir tahun ini, bisa jadi akan menjadi katalisator baru bagi pergerakan pasar saham yang sekarang tengah babak belur.

Berbagai gambaran tadi, buat saya makin melengkapi deretan indikator bahwa ekonomi Indonesia berpotensi segera pulih. Sinyal pemulihan itu makin tampak terang. Tanda-tandanya, tak akan lama lagi. Nah, bagaimana menurut Anda?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya