SOLOPOS.COM - Kawah Gunung Slamet dilihat dari Puncak Salam, difoto Minggu (25/9/2022). (Solopos/Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, BANYUMAS — Sebagai gunung tertinggi di Jawa Tengah (Jateng), Gunung Slamet menjadi daya tarik bagi para pendaki untuk ditaklukan. Meski demikian, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi saat melakukan pendakian atau naik ke puncak Gunung Slamet. Apakah pantangan itu?

Dikutip dari laman vsi.esdm.go.id, Gunung Slamet memiliki ketinggian sekitar 3.432 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan ketinggian itu, Gunung Slamet pun tercatat sebagai gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, setelah Gunung Semeru yang ada di Lumajang, Jawa Timur (Jatim).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gunung Slamet terletak di antara lima kabupaten di Jateng, yakni Banyumas, Purbalingga, Brebes, Tegal dan Pemalang. Suhu rata-rata di gunung ini tergolong paling dingin di Pulau Jawa dengan curah hujan yang juga paling tinggi yakni 8.134,00 milimeter (mm) per tahun.

Ekspedisi Mudik 2024

Gunung Slamet tergolong gunung berapi yang masih aktif. Kendati demikian, gunung ini cukup populer sebagai tujuan pendakian walau medannya cukup sulit. Meski cukup populer sebagai destinasi pendakian, rupanya Gunung Slamet juga memiliki pantangan yang wajib dipatuhi para pendaki yang ingin naik ke puncaknya.

Dikutip dari laman wikipedia.org, salah satu pantangan saat naik atau mendaki Gunung Slamet adalah tidak boleh berbicara sembarangan. Dengan kata lain, saat melakukan pendakian di Gunung Slamet, pendaki harus menjaga tutur katanya dan tidak boleh berbicara tidak sopan, apalagi berkata-kata buruk yang berisi sumpah serapah.

Konon pernah ada kejadian seorang pendaki asal Tegal, Jateng, yang saat naik ke puncak Gunung Lawu berkata bahwa dirinya merasakan kenyamanan di tempat itu hingga tidak ingin pulang. Alhasil, saat hendak pulang pendaki itu tersesat dan melihat penampakan mahkluk halus berupa kuntilanak.

Selain tidak boleh berkata-kata buruk dan tidak sopan, pantangan lainnya saat naik ke Gunung Slamet adalah tidak boleh memegang lutut. Jika pantangan ini dilanggar, konon pendaki itu tidak akan sanggup menyelesaikan perjalanan dan selalu mendapat rintangan yang berat.

Selain pantangan-pantangan itu ada juga kepercayaan masyarakat sekitar hari di mana tidak boleh mendaki di Gunung Slamet. Hari-hari yang dipercaya sakral untuk tidak boleh dilakukan pendakian itu yakni Minggu Legi, Selasa Legi, Sabtu Pahing, dan Minggu Pahing.

Gunung Slamet juga dipercaya penuh kisah misteri yang menyelimutinya. Saking banyaknya kisah misteri, konon yang ingin mendaki diharuskan membawa bunga tujuh rupa dan kemenyaan sebagai sesaji kepada penunggu Gunung Slamet.

Hal itu dikarenakan dulunya Gunung Slamet dipercaya sebagai tempat untuk melakukan ritual. Bahkan, setiap tanggal 1 Sura, di Gunung Slamet selalu digelar acara ritual oleh masyarakat sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya