SOLOPOS.COM - Kondisi danau Taman Pakujoyo, Kelurahan Gayam, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Jumat (11/12/2020). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Kelurahan Gayam, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo yang memiliki Taman Pakujoyo memiliki cerita sejarah yang cukup menarik.

Wilayah administratif Kelurahan Gayam terletak pada pusat kota Kabupaten Makmur. Sejumlah kantor pemerintahan termasuk rumah dinas (rumdin) Bupati Sukoharjo terletak dalam wilayah kelurahan itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Masyarakat Kelurahan Gayam berlatar belakang profesi dan pendidikan yang berbeda. Mereka merawat kemajemukan dan menjaga toleransi demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Waspada! Pemkab Sukoharjo Tetapkan Darurat Banjir Hingga 31 Maret 2021

Cerita rakyat asal usul Kelurahan Gayam, Sukoharjo, tak lepas dari Kerajaan Mataram dan Pangeran Diponegoro. Kala itu, pasukan dan pengikut Pangeran Diponegoro berperang melawan Kolonial Belanda selama bertahun-tahun.

Mereka menerapkan strategi perang gerilya melintasi setiap daerah. “Pasukan Pangeran Diponegoro terpukul mundur oleh penjajah Kolonial Belanda. Mereka berpencar ke empat penjuru mata angin untuk bersembunyi. Sebagian rombongan pasukan Pangeran Diponegoro melewati Sungai Bengawan Solo,” kata seorang sesepuh asal Kelurahan Gayam, Wiryono, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (11/12/2020).

Hutan Belantara

Rombongan pasukan Pangeran Diponegoro itu mencari lokasi persembunyian supaya tidak tertangkap oleh pasukan penjajah Kolonial Belanda. Mereka lantas bersembunyi di hutan belantara yang ditumbuhi semak belukar dan pepohon yang rindang.

Wali Kota Solo Tegaskan Kebijakan Karantina Hanya Untuk Pemudik, Tapi Tamu Hotel Sudah Telanjur Kabur

Hutan belantara itu dikelilingi pohon gayam setinggi lebih dari 15 meter dengan diameter batang sekitar 30 sentimeter. Selama berhari-hari, pasukan Pangeran Diponegoro bersembunyi di lokasi yang saat ini menjadi Kelurahan Gayam, Sukoharjo, itu.

Mereka tak berani keluar dari hutan untuk menghindari kejaran tentara Kolonial Belanda. “Saat lapar, pasukan Pangeran Diponegoro memetik buah-buahan yang tumbuh di hutan tersebut. Saking betahnya, mereka akhirnya membuka lahan untuk bercocok tanam palawija seperti jagung dan kedelai,” ujarnya.

Pasukan Pangeran Diponegoro juga memanfaatkan beragam jenis pohon yang memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Mereka memetik buah pohon gayam untuk mengobati diare dan demam. Sedangkan daunnya yang digerus halus berkhasiat mengobati sakit kepala.

Mobil Polisi Tertabrak KA, Terseret Puluhan Meter Sampai Jembatan Kalioso Perbatasan Kalijambe-Gondangrejo

Rasa Solidaritas

Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik untuk tinggal di daerah tersebut. Selain kondisi tanah yang subur, banyak pohon yang memiliki khasiat sebagai obat penyakit. “Akhirnya, hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon gayam berubah menjadi permukiman. Masyarakat guyub rukun dan memupuk rasa solidaritas,” paparnya mengenai sejarah Kelurahan Gayam, Sukoharjo.

Namun, keberadaan pohon gayam mulai hilang setelah banyak orang yang membuka lahan untuk bercocok tanam. Lambat laun, pohon gayam tadinya berjumlah ratusan batang habis ditebang saat masyarakat membangun rumah penduduk.

Sengketa Sriwedari Solo: FKPPI Gugat Putusan Pengadilan Yang Menangkan Ahli Waris

“Sekarang hutan belantara yang dikelilingi pohon gayam berubah menjadi permukiman penduduk. Sudah tak ada lagi pohon gayam berubah rumah penduduk dan pertokoan.”

Wilayah Kelurahan Gayam terdiri dari 17 kampung seperti Larangan, Darmosari, Bulusari, dan Jogobayan. Wilayah utara berbatasan dengan Desa Toriyo, Kecamatan Bendosari, sedangkan wilayah selatan berbatasan dengan Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya