SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, KLATEN -- Lantai jemur padi di Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Klaten, siap dioptimalkan guna menyambut musim panen saat kemarau alias musim gadu.

Sesuai rencana, musim gadu di Desa Jurangjero, Karanganom, mulai berlangsung awal September mendatang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Pemerintah Desa (Pemdes) Jurangjero telah membangun lantai jemur di tahun 2019. Luas lantai jemur itu mencapai 400 meter persegi.

10 Berita Terpopuler : Bakul Soto Lamongan di Jogja Positif Covid-19

Pembangunan lantai jemur di atas lahan kas desa Jurangjero menelan anggaran Rp190 juta.

"Lantai jemur itu dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Berdikari Jurangjero. Saat ini baru mengelola hasil pascapanen tanaman padi. Kebetulan, sebentar lagi akan berlangsung musim gadu," kata Kepala Desa (Kades) Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Ali Murtono, saat ditemui wartawan di kompleks Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten, Rabu (26/8/2020).

Dia menjelaskan melalui lantai jemur itu, pihaknya ingin mengajak warga untuk mengolah hasil panen sendiri atau tidak dijual kepada penebas agar memperoleh hasil maksimal.

Kebakaran Melanda, Dapur Nenek Riyem di Jatipuro Karanganyar Ludes

Ali Murtono mengatakan sawah yang menjadi kas desa di Jurangjero mencapai 4,5 hektare. Diharapkan hasil tanaman di musim gadu bisa optimal.

Akan Ditambah Fasilitas Gudang Penyimpangan

Ke depan, ungkap dia, lantai jemur di Jurangjero, itu juga akan dilengkapi fasilitas lainnya, seperti gudang penyimpanan, rice huller, dan lainnya.

"Pemanfaatan lantai jemur juga untuk sawah yang masih menjadi kas desa itu. Saat ini pun juga sudah ada aktivitas penjemuran," ungkap dia.

Masih Shock! Pengacara Sebut Orang Tua Korban Pembunuhan Duwet Baki Sukoharjo Sering Pingsan dan Melamun

Ali Murtono menguraikan warga bisa menyewa lantai jemur itu. Dengan mengelola panenan padi sendiri, ungkap dia, warga bisa meraih keuntungan optimal.

"Dalam satu hektare bisa mencapai Rp30 juta. Hasil ini lumayan lebih besar dibandingkan dengan hanya ditebas, senilai Rp24 juta. Poinnya di sini ingin mengajak masyarakat memanen padi dan menjual menjadi beras," kata Ali Murtono.

PJJ Siswa SDN Mojo Solo Ini Tak Pakai HP Apalagi Kuota Internet, Cukup Handy Talky!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya