SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO – Puskesmas Bulu, Sukoharjo menyiapkan seluruh bidan desa dan kader-kader kesehatan menyambut Lebaran 1433 Hijriah. Hal itu menyusul tren peningkatan penyakit dan risiko penularan selama perayaan hari raya tersebut di wilayah setempat.

Kepala Puskesmas Bulu, dr Iskandar, menyebutkan kecenderungan lonjakan kasus penyakit terutama disebabkan pola makan tidak teratur dan cenderung berlebihan selama Lebaran. Selain faktor banyaknya perantau yang pulang ke kampung halaman juga meningkatkan risiko penularan penyakit.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kami sampaikan dalam Rakor (rapat koordinasi) agar bidan desa dan kader kesehatan lebih waspada karena Lebaran sebelumnya tren penyakit meningkat. Terlebih saat cuaca ekstrim seperti sekarang,” ujarnya dijumpai Solopos.com di Puskesmas Bulu, didampingi petugas surveillance, Novita SP, Kamis (2/8/2012).

Iskandar menjelaskan bidan desa dan kader kesehatan harus proaktif dalam menangani kasus yang muncul di wilayah kerja masing-masing agar terkendali dengan cepat. Terkait Lebaran, kata dia, kasus yang terbanyak ditemukan dan secara umum mengalami peningkatan adalah keluhan wabah diare. “Kaitannya dengan pola makan dan (PHBS) pola hidup bersih sehat. Jika pola makan baik dan PHBS diterapkan, tidak perlu khawatir hadapi Lebaran,” paparnya.

Kejadian Rutin
Novita menambahkan peningkatan kasus penyakit selama Lebaran, terutama diare, terjadi hampir setiap tahun. Kuat dugaan hal itu karena faktor konsumsi aneka jenis makanan dan secara berlebihan mengingat ketersediannya melimpah. Untuk menghindari hal itu, kata dia, pola makan harus diatur. “Pengalaman di Bulu, tahun-tahun sebelumnya kasus semacam diare hampir pasti meningkat. Karena itu kami meling bidan desa agar lebih waspada,” ujarnya.

Novita menjelaskan hingga pekan ke-30 jumlah kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Bulu menjadi penyakit terbanyak yang dikeluhkan warga. Dalam satu pekan, Puskesmas Bulu mencatat setidaknya terdapat 20 sampai 30 kasus diare. Wabah itu tersebar merata di 12 desa dan tak ada yang dominan. “Pekan 27 sampai pekan 30, persebaran diare dua sampai tiga kasus per desa per pekan. Kalau ditotal ada 20 sampai 30 kasus sepekan. Terbanyak pekan 27 ada 37 kasus,” jelasnya. Dikemukakan pula, kasus diare terjadi hampir sepanjang tahun dan cukup merata. Korban umumnya kalangan usia dewasa dan hanya sebagian kecil penderita yang masih anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya