SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng Ema Rachmawati mengapreasi SG yang antusias dan tanggap untuk berkolaborasi dalam kegiatan pendampingan DNA brand dan pelatihan strategi pengembangan bisnis batik Lasem di tengah persaingan industri kreatif. (Istimewa)

Solopos.com, REMBANG -- Semen Gresik (SG) mendukung penuh upaya Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah untuk mengangkat batik Lasem sebagai warisan budaya lokal menjadi produk UKM yang memiliki brand dan bernilai bisnis tinggi.

Bentuk support tersebut dengan memfasilitasi dua kegiatan, yaitu Pendampingan DNA Brand Batik Lasem tanggal 6-7 Mei 2021 dan Pelatihan Pengembangan Bisnis Batik Lasem pada 8-9 Mei 2021 yang digelar di Rumah BUMN Rembang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng Ema Rachmawati mengapreasi SG yang antusias dan tanggap untuk berkolaborasi dalam kegiatan pendampingan DNA brand dan pelatihan strategi pengembangan bisnis batik Lasem di tengah persaingan industri kreatif.

Ema melanjutkan batik Lasem melegenda karena punya corak dan warna yang indah, serta bernuansa multikultural. Sayangnya, mayoritas produknya hanya sebatas kain belum menjadi fashion yang Ready to Wear. Padahal di masa pandemi ini, orang cenderung menyukai baju.

Baca Juga: 4 Tahun Lalu, Warung Pak Mbotho Sukoharjo Jual Pecel Rp3000/Porsi

‘’Maka kita dorong agar batik Lasem dimanfaatkan untuk produk fashion yang siap pakai, bisa model kasual atau blazer,'' kata Ema dalam siaran persnya, Senin (10/5/2021).

Ditambahkan dia, peserta kegiatan tiap hari ada 15 orang yang berasal dari tiga elemen yaitu komunitas rumah batik, lembaga pendidikan (SMKN 1 Sedan yang punya Jurusan Fashion) dan Rembang Fashion Community. Konsultan fashion dan desainer kenamaan Lisa Fitria turut dihadirkan sebagai tenaga ahli dalam program pengembangan bisnis batik Lasem ini.

Kepala Unit Komunikasi dan CSR SG Dharma Sunyata menegaskan dukungan atas kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial SG sebagai fasilitator dalam meningkatkan kualitas SDM para pelaku UKM batik sehingga mereka mampu berinovasi saat merambah dunia fashion.

Kota Fashion

batik Lasem
Batik Lasem melegenda karena punya corak dan warna yang indah, serta bernuansa multikultural. (Istimewa)

Batik tulis Lasem, kata Dharma, adalah kearifan lokal yang bisa dieksplorasi lebih maksimal. Dia berharap, program pelatihan akan makin mendongkrak keterserapan produk UKM asal Rembang tersebut.

"Selain itu mendorong untuk Go Modern sebagai fashion yang kekinian dan punya brand. Apalagi Rembang ingin menjadi Kota Fashion,'' tandas Dharma.

Baca Juga: Inilah Cerita di Balik Nama Desa Gajahmati di Pati

Desainer fashion Lisa Fitria mengakui kondisi UKM pengrajin batik Lasem hampir 90 persen menjual dalam bentuk kain lembaran, sedangkan 10 persen bentuk busana Ready to Wear yang sayangnya belum memiliki konsep desain atau karakter DNA. Padahal elemen terpenting dalam sebuah brand fashion adalah bagaimana menentukan DNA yang unik dan berdampak.

Dalam kegiatan tersebut, Lisa mengupas tuntas strategi dalam penentuan DNA brand, termasuk langkah-langkah awal membangun brand.

Dia juga telah merancang sejumlah program ke depan dalam proyek pengembangan usaha batik Lasem, meliputi pembuatan kampanye fashion, peluncuran fashion show, display outlet di Rumah BUMN, galeri, penggunaan jasa endorsement dari influencer hingga peluncuran website yang berisikan penjualan dengan platform digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya