SOLOPOS.COM - Muhammad Fauzi, 5, bocah yang diamputasi tangannya menyaksikan video tentang truk melalui layar ponsel bersama teman-temannya di rumahnya di Dukuh/Desa Karanganom, Sukodono, Sragen, Selasa (23/2/2021). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Setelah dirawat 16 hari di RS Ortopedi Prof dr. Soeharso Solo, Muhammad Fauzi, 5, akhirnya tiba di rumah pada Senin (22/2/2021) malam. Fauzi adalah bocah yatim yang tangan kanannya diamputasi setelah jadi korban malapraktik salah satu pengobatan tradisional di Sragen.

Setibanya di rumahnya di RT 06, Dukuh Karanganom, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Sragen, Fauzi lebih banyak berada di kamar sambil nonton Youtube di ponsel ibunya. Ia tidak mau keluar kamar saat warga berdatangan untuk menjenguknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Setelah para tamu pergi, cucu saya baru keluar kamar. Dia sudah bisa bermain sama kakaknya. Semalam ia bermain sampai pukul 24.00 WIB. Mungkin sudah kangen bermain di rumah karena terlalu lama berada di rumah sakit,” papar Purwanto, 62, kakek Fauzi, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (23/2/2021).

Baca juga: Kado Pahit di Ultah ke-6 Fauzi Sragen: Tangan Diamputasi Gegara Malapraktik

Saat seorang bidan datang menjenguknya pada Selasa pagi, Fauzi juga enggan menemuinya. Dia memilih bermain ponsel di pangkuan ibunya di ruang belakang. Saat mendengar yang datang adalah bidan, Fauzi justru menangis.

“Cucu saya memang masih trauma dengan petugas medis, terutama perawat. Saat di RS, kalau ada perawat datang dengan pakaian seragam hijau, dia langsung nangis. Ada yang dimarahi, kenapa datang lagi ke sini? Bahkan cucu saya sampai meminta lampu kamar dimatikan. Mungkin biar tidak didatangi perawat lagi,” ucap Purwanto.

Sebelum diamputasi, Fauzi sering menangis karena tak kuat menahan sakit di lengan kanannya yang mengalami infeksi. Infeksi itu diduga didapat karena kesalahan penanganan atau malapraktik seorang terapis pengobatan tradisional yang menangani patah tulang tangan kanan bocah itu.

Baca juga: Pelantikan Bupati Sukoharjo Akan Disiarkan Langsung di Youtube

Bantuan Sukarelawan Kompas Sragen

Kini, siswa TK itu sudah tidak lagi merasakan sakit. Namun, ia harus merelakan tangan kanannya hilang untuk selamanya. “Sekarang kalau diajak ngobrol, sudah bisa menjawab. Tapi kalau bertemu banyak orang, dia tidak mau. Dia asyik sendiri nonton video truk di layar HP,” papar Purwanto.

Fauzi dijadwalkan kontrol ke RS pada Selasa (2/3/2021) depan. Adapun semua biaya pengobatan Fauzi selama di RS sudah terkaver dana yang dihimpun oleh para sukarelawan dari Komunitas Pecinta Alam dan Sosial (Kompas) Sragen.

Fauzi sendiri berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya, Jumanto, meninggal dunia saat Fauzi masih dalam kandungan ibunya, Sri Minarsih. Fauzi memiliki dua kakak laki-laki yang duduk di bangku SMP dan SD. Sri Minarsih dan ketiga anaknya tinggal satu atap dengan orang tuanya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Sri Minarsih bekerja sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan konveksi di Mondokan.

Baca juga: Setelah Gasak Kotak Infak Sejumlah Masjid di Jateng dan DIY, Pria Riau Ini Akhirnya Terciduk

“Yang dibutuhkan Fauzi sekarang adalah dorongan motivasi. Saat kontrol nanti, rencana rumah sakit akan menghadirkan seorang psikiater. Menurut dokter, membangkitkan semangat anak itu cenderung lebih mudah daripada membangkitkan semangat orang-orang di sekitarnya terutama keluarganya,” papar Munawwar, sukarelawan dari Kompas Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya