SOLOPOS.COM - Ilustrasi jamu. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Gabungan Pengusaha (GP) Jamu menyelenggarakan public hearing sekaligus presentasi proses nominasi Budaya Sehat Jamu menjadi warisan budaya tak benda atau WBTB dunia United Nations Educational Scientific and Cultural Organization atau UNESCO 2022.

Tahun ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk membawa jamu ke UNESCO. Merebaknya pandemi Covid-19 membuat masyarakat dunia, khususnya Indonesia, makin aware untuk mengonsumsi jamu sebagai minuman menyehatkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengusulan jamu menjadi WBTB UNESCO juga didukung sepenuhnya oleh para pegiat usaha jamu Soloraya dalam naungan Jamupedia. Mereka menjadi tim riset dan pengolahan naskah akademik.

Baca Juga: Wah! Peneliti Jamu dari UNESCO Kunjungi Sentra Jamu Nguter Sukoharjo

Pegiat jamu asal Solo yang juga menjadi anggota tim riset nominasi Budaya Sehat Jamu, Erwin J Skripsiadi, kepada Solopos.com, Selasa (18/1/2022), mengatakan proses pengusulan jamu sebagai warisan budaya UNESCO dimulai pada 2013.

Ide pertama, kata Erwin, berasal dari budayawan sekaligus pengusaha jamu Jaya Suprana. Hal itu kemudian ditangkap oleh komunitas Jamupedia yang menjadi bagian penting dari tim riset.

Pada 2019 hal itu ditindaklanjuti hingga mengeluarkan hasil memuaskan. Budaya Sehat Jamu ditetapkan sebagai warisan tak benda Indonesia. Penetapan kemudian menjadi modal mereka mengusulkan jamu menjadi nominasi WBTB Indonesia di UNESCO.

Baca Juga: Manfaatkan Marketplace, Jamu Racikan Emak-Emak asal Klaten Banjir Order

Penunjukan dari Kemendikbud

Erwin menjelaskan pada Kamis (20/1/2022) mendatang ia dan tim nominasi Budaya Sehat Jamu bakal menggelar public hearing. Mereka menggelar diskusi via Zoom Meeting dengan mendatangkan empat narasumber dari GP Jamu, tim riset dan tim nasional Budaya Sehat Jamu UNESCO, serta konsultan ahli nominasi.

Erwin dan tim menambahkan mereka saat ini siap berkompetisi. Meski belum ada penunjukan pasti dari Kemendikbud, mereka sudah mulai mempersiapkan riset dan membuat dokumentasi film. Deadline pendaftaran diketahui pada Februari nanti. “Sementara kami, sudah siap sejak September,” kata Erwin.

Lebih lanjut, Erwin juga menyiapkan beberapa naskah akademik yang bisa menjadi bukti bahwa jamu telah mengakar dengan budaya dan masyarakat Indonesia. Bukti yang dia maksud yakni sebanyak 54 relief tentang jamu di Candi Borobudur.

Baca Juga: Gamelan Dikukuhkan UNESCO Jadi WBTB Dunia, Ini Tanggapan Pemkot Solo

Relief tersebut seolah menceritakan tentang bagaimana masyarakat zaman dulu memproses pembuatan jamu. Kemudian ada situs yang menggambatkan ulegan dan cobekan. Disusul adanya prasasti yang menggambarkan tentang profesi peracik jamu.

“Ada juga kitab soal jamu seperti Serat Jampi Jawi, Serat Centhini, dan ada lontar usada yang menceritakan jamu secara holistik. Ada resep, dan mantra-mantranya,” terangnya.

Erwin mengatakan pengakuan dari UNESCO sangatlah penting sebagai legitimasi jamu Indonesia menjadi WBTB. Sekaligus menjadi branding ke negara manca. Pengakuan UNESCO terhadap jamu adalah salah satu upaya meningkatkan kredibilitas dan branding di pasar global. Tujuannya agar bisa bersaing dengan produk herbal negara lain seperti Ayurweda, TCM, dan Obat Herbal Arab.

Baca Juga: Gamelan Dikukuhkan UNESCO Jadi WBTB Dunia, Ini Tanggapan Pemkot Solo

Riset dan Survei Lapangan

“Pegiat jamu di Indonesia mayoritas adalah UMKM [usaha mikro kecil dan menengah]. Misal ditetapkan sebagai WBTB maka akan memberikan kepercayaan yang luar biasa dari dunia. India sudah menetapkan yoga sebagai WBTB, China menetapkan akupuntur. Nah, jamu juga bisa,” terangnya.

Bagian humas dari tim kerja nominasi Budaya Sehat Jamu UNESCO, Marlina Irawati, mengatakan sebelumnya tim sudah melakukan riset dan survei lapangan ke lokasi komunitas Budaya Sehat Jamu berada. Riset melibatkan komunitas di empat wilayah yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta.

Baca Juga: Reog Jadi Warisan Budaya tak Benda, Ponorogo Kota Kreatif UNESCO, Bisa?

Riset juga mendapat dukungan dari beberapa ilmuwan dan budayawan seperti BRA Mooryati Soedibyo, dr Martha Tilaar, Jaya Suprana, Prof Bernard Wijaya, dan Ibu Ni Luh Indrawati S Apt Farm. Lebih lanjut, Marlina mengatakan Budaya Sehat Jamu juga memberikan sumbangsih dalam United Nations SDGs 2030.

Budaya Sehat Jamu merepresentasikan goal ketiga yakni good, health, and well being for all. Selain itu, jamu juga memberikan sumbangsih pada goal lain. Di antaranya goal kelima soal gender equality, goal ke-12 soal responsible consumption and production, serta goal ke-15 yaitu life on land.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya