SOLOPOS.COM - Abu Nadzib (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Sebagai seorang ayah yang memiliki anak perempuan berusia belasan tahun, ketika membaca berita ihwal kasus meninggalnya siswi kelas IX sebuah SMP di Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, saat menjalani kencan dengan lelaki dewasa yang dikenal lewat komunikasi daring beberapa hari lalu, benar-benar membuat hati saya meras miris.

Perasaan saya campur aduk, antara prihatin, geram, dan marah. Prihatin karena seorang anak perempuan yang baru berusia 15 tahun sudah menjalani kencan online dengan lelaki hidung belang, bahkan predator seksial.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Geram karena lelaki yang jadi tersangka pembunuh si anak perempuan itu ternyata seorang lelaki beristri yang telah memiliki satu anak. Entah apa yang ada di benak lelaki itu sehingga mem-booking remaja perempuan belasan tahun sementara ia sudah punya istri dan anak.

Yang membuat saya begitu marah karena dengan begitu gampang ia membunuh sesama manusia hanya karena persoalan tidak puas dengan layanan seksual yang dia peroleh.

Kegeraman dan kemarahan saya dipicu adanya kedekatan emosional saya dengan lelaki itu. Aparat Polres Sukoharjo mengungkap bahwa pelaku sehari-hari bekerja sebagai manusia silver di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, Kartasura, Sukoharjo.

Nyaris setiap hari saya melewati jalan tersebut. Tiap kali berhenti di traffic light Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. saya hampir selalu memberi uang receh kepada manusia silver yang mengais rezeki di tempat tersebut.

Salah satunya belakangan saya kenali lewat foto dan video adalah lelaki tersangka pembunuh siswi SMP di Grogol, Sukoharjo, tersebut. Saya sangat marah. Uang receh yang dikumpulkan satu demi satu dari uluran tangan pengguna jalan dimanfaatkan untuk booking layanan seksual dan belakangan diakhiri dengan pembunuhan.

Open booking out atau BO adalah istilah yang kini familier di masyarakat untuk menyebut transaksi seksual memanfaatkan kecanggihan teknologi telepon pintar. Berdasarkan pengusutan polisi, praksis demikian kebanyakan menggunakan aplikasi MiChat, sebuah aplikasi perpesanan yang menyediakan fitur untuk berkenalan dengan siapa pun di sekitar lokasi berada dengan cepat dan mudah.

Sepekan sebelum kejadian tragis di Grogol, Sukoharjo, itu ada peristiwa serupa di Blora, Jawa Tengah. Seorang perempuan muda berinisial M, 25, kehilangan nyawa karena dibunuh tangan teman kencan yang dikenal lewat platform online atau daring.

Perempuan itu dibunuh dengan pisau di kamar hotel setelah si lelaki hidung belang merasa tidak puas dengan layanan seksual yang dia peroleh. Dua kasus ini hanya sebagian kecil contoh transaksi seksual online yang menjamur di mana-mana.

Fenomena siswi terlibat dalam prostitusi memang terjadi sejak dulu. Seiring kecanggihan teknologi, keterlibatan anak-anak di bawah umur dalam transaksi seksual kian mudah. Dengan telepon pintar dan berbagai aplikasi perpesanan, para perempuan belia bisa berkomunikasi dengan siapa pun untuk bertransaksi kapan pun.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Mei 2021 lalu merilis data MiChat menjadi aplikasi perpesanan atau media sosial paling banyak yang digunakan oleh anak yang terjerat prostitusi. KPAI menyebut korban tindak pidana perdagangan orang dan eksploitasi sejak Januari hingga April 2021 mencapai 234 anak.

Tak Cukup Meratap

Sebanyak 60% transaksi dilakukan lewat media sosial. MiChat menempati posisi paling atas yakni 41%, Whatsapp 21%, Facebook 17%, tidak diketahui 17%, dan hotel yang dipesan secara virtual lewar aplikasi Reddoorz 4%.

Ini baru data formal yang masuk dan ditangani KPAI. Jumlah riil pasti lebih dari itu dan terjadi di banyak tempat di negeri ini. Dokumentasi Solopos mencatat pada 10 Februari 2021 sedikitnya 20 siswi SMP di Samarinda, Kalimantan Timur, menjadi korban prostitusi online.

Mereka ditawarkan oleh muncikari lewat grup aplikasi pesan Whatsapp. Pada 7 April 2021, seorang perempuan muncikari di Blitar, Jawa Timur, berinisial B, 40, ditangkap polisi karena mempekerjakan enam siswi SMP dan SMA sebagai pekerja seks.

Para pelajar ditawarkan kepada lelaki hidung belang atau predator seksial dengan tarif Rp300.000 sekali kencan. Setahun sebelumnya, kasus prostitusi melibatkan siswi SMP juga terjadi di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Pada 22 Juli 2020, seorang siswi SMP berusia 15 tahun terungkap menjajakan diri lewat jaringan prostitusi online. Selain karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para siswi tersebut mengaku perlu uang untuk membeli kuota Internet.

Meratapi kasus pembunuhan siswi di Grogol tersebut tak akan menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di sekitar kita. Menghukum berat pembunuhnya juga hanya akan mendapatkan kepastian hukum sementara keadilan tak akan pernah dirasakan orang tua korban karena hukuman untuk si pembunuh tak setimpal dengan kehilangan anaknya.

Kasus pembunuhan siswi di Grogol itu harus menjadi pelajaran sangat berharga bagi para orang tua agar menjaga anak-anak dengan sangat ketat. Pergaulan kekinian dengan dukungan telepon pintar membuat orang tua tak lagi boleh sekadar percaya kepada anak.

Orang tua harus mengawasi secara ketat telepon pintar anak-anak mereka. Jangan biarkan mereka mengunci telepon genggam. Orang tua harus punya akses untuk melihat isi telepon genggam anak secara berkala.

Orang tua harus rutin mengecek telepon genggam anak agar segera tahu ketika ada sesuatu yang melenceng pada diri anak-anak mereka. Usia belasan tahun adalah masa rentan salah pergaulan. Orang tua menjadi pihak yang paling bertanggung jawab ketika anak sampai terjerat prostitusi.

Mereka tak boleh diam saja ketika mengetahui sang anak memiliki banyak uang tanpa kejelasan sumbernya. Orang tua juga bisa mengontrol telepon genggam anak, mengecek apakah mereka menggunakan aplikasi tertentu hingga terlibat dalam prostitusi online.

Telepon seluler harus menjadi alat menuju peradaban tinggi manusia, dimanfaatkan untuk hal-hal positif yang membuat hidup menjadi lebih baik. Telepon seluler jangan justru menjadi setan gepeng yang mengancam masa depan generasi muda.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 30 Januari 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya