SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Freepik)

Solopos.com, SUKOHARJO — Selama tahun 2021 ditemukan 222 kasus pasien demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sukoharjo. Dari temuan ratusan kasus DBD tersebut 11 pasien di antaranya meninggal dunia.

Jumlah kasus DBD 2021 tersebut berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, mengatakan angka tersebut berdasarkan pendataan temuan kasus hingga pekan ke-52. Total dari 222 kasus, sebanyak 27 kasus merupakan dengue shock syndrome (DSS) atau komplikasi infeksi DBD yang memiliki tingkat kematian tinggi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dari total 27 kasus DSS, 11 orang pasien di antaranya meninggal dunia. Data itu berdasarkan catatan temuan kasus hingga pekan ke-52 selama 2021,” jelas Yunia kepada Solopos.com Rabu (12/1/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Ogah Jebakan Listrik, Sukoharjo Pilih Tyto Alba untuk Basmi Hama Tikus

Yunia mengatakan kasus meninggal akibat DBD paling banyak ditemukan di Kecamatan Grogol dengan angka mencapai lima orang. Selain itu, kasus meninggal terbanyak lainnya berada di Kecamatan Kartasura sebanyak empat orang dan di Sukoharjo Kota serta Kecamatan Mojolaban masing-masing sebanyak satu orang.

“Di seluruh kecamatan itu semua ditemukan kasus DBD. Tapi hanya beberapa kecamatan saja yang memang ada kasus meninggalnya dan kebanyakan di perkotaan,” imbuh dia.

Sementara itu, terkait temuan kasus terbanyak juga tercatat berada di Kecamatan Grogol dengan total temuan sebanyak 55 kasus. Sementara itu, temuan terbanyak lainnya berada di Kartasura sebanyak 32 kasus, Sukoharjo Kota sebanyak 26 kasus dan Baki juga 26 kasus. Temuan paling rendah tercatat di Kecamatan Tawangsari sebanyak satu kasus.

Baca juga: 5 Temuan BPK Ini Soroti Penanganan Sampah di Sukoharjo

“Di Weru, Bulu, dan Nguter juga sedikit dengan temuan sebanyak empat kasus selama 2021. Untuk di Gatak dan Mojolaban masing-masing 19 kasus temuan DBD, Bendosari 12 kasus temuan, dan Polokarto ada 10 kasus temuan,” papar dia.

Untuk menekan kasus DBD dan meminimalisir pasien meninggal, Yunia mengatakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan langkah antisipasi paling efektif. Pasalnya, tindakan pengasapan (fogging) dinilai hanya memberantas nyamuk dewasa dan tidak bisa memberantas jentik-jentik nyamuk pembawa penyakit DBD.

“Tetap langkahnya adalah PSN. Kalau fogging jentik-jentik nyamuknya tidak mati. Itu langkah yang harus dilakukan untuk menekan kasus DBD,” papar dia.

Baca juga: Disdag Sukoharjo Ajukan Pasokan 15.000 Liter Minyak Goreng Murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya