SOLOPOS.COM - SOSIALISASI -- Ribuan guru besertifikat kompetensi di Klaten mengikuti Pembinaan dan Sosialisasi Penilaian Kinerja Guru (PKG) di GOR Gelarsena, Selasa (29/5/2012). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

SOSIALISASI -- Ribuan guru besertifikat kompetensi di Klaten mengikuti Pembinaan dan Sosialisasi Penilaian Kinerja Guru (PKG) di GOR Gelarsena, Selasa (29/5/2012). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN – Sebagian besar guru besertifikat kompetensi di Klaten kesulitan menulis karya ilmiah sebagai tuntutan peningkatan mengajar yang dimilikinya. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten, Sunardi, saat ditemui wartawan di sela-sela Pembinaan dan Sosialisasi Penilaian Kinerja Guru (PKG) di GOR Gelarsena, Selasa (29/5/2012).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Sunardi guru kesulitan membuat karya ilmiah karena tidak membiasakannya sejak awal menjadi seorang pendidik. “Tugas guru (besertifikat kompetensi-red) itu tidak sekadar mengajar di depan kelas. Dia harus mengembangkan kompetensi yang dimilikinya dengan berbagai cara seperti membuat karya ilmiah, mengikuti pelatihan dan lain sebagainya.

Kendati dituntut mengembangkan kompetensi, Sunardi tidak membenarkan guru meninggalkan jam mengajar dengan dalih mengikuti seminar, pelatihan atau menyusun karya ilmiah. Sunardi mengaku sudah mendapatkan laporan adanya guru besertifikat kompetensi yang kerap mangkir mengajar. “Ada laporan dari masyarakat dan anggota dewan. Untuk itu, kami perlu membina dan mengevaluasi kinerja guru besertifikat,” terang Sunardi.

Dalam sistem PKG yang dimulai pada 2013 mendatang, kata Sunardi, terdapat klausul yang menyebut bahwa guru terancam tak bisa naik pangkat jika tak mampu menulis karya ilmiah. Tunjangan profesi yang diterimanya juga terancam dicabut jika guru tak mampu meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. “Hasil penelitian LIPI beberapa tahun lalu menyebut hanya 10% guru di Indonesia yang mempunyai kompetensi dalam mengajar. Mudah-mudah guru di Klaten masuk dalam 10% itu,” kata Sunardi.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Klaten, Syamsuddin Asyrofi, dalam kesempat itu mengatakan bahwa seiring majunya perkembangan zaman membuat kalangan siswa lebih cerdas atau pintar dalam menyerap materi belajar. Dia tidak menginginkan peningkatan kecerdasan siswa dalam penyerap materi belajar itu tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan mengajar guru. “Siswanya cerdas-cerdas, tetapi kalau kemampuan mengajar guru biasa saja tentu percuma,” tuturnya.

Bupati Klaten, Sunarna, menambahkan guru senior yang sudah mengajar bertahun-tahu tidak menjamin memiliki kompetensi mengajar yang memadai. Justru kebanyakan guru senior memiliki minat minim untuk meningkatkan kompetensinya. “Para guru senior itu harus menyadari bahwa sekarang siswa itu cerdas-cerdas. Kalau guru malas mengembangkan kompetensi, bagaimana nasib bangsa ini di masa yang akan datang,” tutur Sunarna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya