SOLOPOS.COM - Para guru bersertifikasi peserta Uji Kompetensi Guru (UKG) di Wonogiri melakukan latihan di ruang laboratorium komputer SMPN 1 RSBI Wonogiri, Jumat (27/7/2012). Latihan ditunggui Kepala SMPN 1 RSBI Wonogiri, H Kusman (berdiri). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Sertifikasi guru dan kekurangan jam mengajar diatasi dengan guru yang merangkap jabatan sebagai wali kelas, pembina ekstrakurikuler, guru piket, wakil kepala sekolah, kepala laboratorium dan kepala perpustakaan mendapatkan tambahan jam.

Harianjogja.com, BANTUL-Guna menolong guru yang tak memenuhi syarat sertifikasi, pihak Dinas Pendidikan Dasar (Dindikdas) Kabupaten Bantul mengupayakan sejumlah hal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Pendidikan Dasar (Dindikdas) Kabupaten Bantul Totok Sudarto menuturkan upaya tersebut seperti menambah jam mengajar di dua sekolah berbeda hingga memberdayakan Guru Tidak Tetap (GTT) untuk mengajar di mata pelajaran yang lain.

Hanya saja, upaya itu akan dipandang sebelah mata. Pasalnya, dengan menambah jam mengajar seorang guru di dua sekolah berbeda, dikhawatirkan akan berpengaruh pada kualitas cara mengajarnya. Namun hal ini tak bisa dihindarinya. Ia mengakui, moratorium dari Pemerintah Pusat membuatnya tak bisa menambah jumlah guru di Bantul.

Sementara itu Kasubbag Kepegawaian Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal (Dindikmenof) Bantul, Ismunardi, mengatakan, dari total 1.600 orang guru dari tingkap pendidikan menengah, hanya sekitar 500 orang yang mendapatkan SK tunjangan sertifikasi.

Terkait dengan perubahan kurikulum termasuk juga dengan ekuivalensi kegiatan tersebut. Dia mengatakan hal itu tak mudah dilakukan di tingkat SMA/SMK. Pasalnya, jika dibandingkan dengan SMP, permasalahan jam mengajar di SMA/SMK jauh lebih kompleks.

Selain itu, ada pula penyesuaian terhadap ketentuan Permendiknas No.19/2007 terkait dengan pembatasan wakil kepala sekolah (wakasek) yang disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar (rombel). Di Bantul, wakasek yang mendapatkan SK hanyalah dua orang, mengingat rata-rata sekolah di Bantul tergolong tipe B2 dengan jumlah rombel antara 12-14 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya