SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras (par.com.pk)

Solopos.com, KLATENBeras Delanggu, Klaten, dikenal memiliki rasa enak dan pulen dengan tampilan bening. Banyak “pemain” beras dari daerah lain sering mengakali menggunakan brand beras Delanggu Klaten untuk menjual beras. Hal itu membuat beras Delanggu dikenal di berbagai daerah.

Cara mengakalinya, para “pemain” beras membeli gabah asli Delanggu. Selanjutnya, gabah itu dijadikan sebagai campuran dengan gabah asal daerah lain. Dengan cara seperti itu, “pemain” beras merasa sah menggunakan brand beras Delanggu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dalam per hari, gabah Delangu yang keluar itu lebih dari 10 truk [ke daerah lain di Tanah Air]. Satu truknya itu bisa lebih dari delapan ton. Berikutnya, gabah asli Delanggu ini digunakan untuk campuran alias bumbu. Tanpa dicampur beras Delanggu, rasa beras dari daerah lain itu dinilai masih kurang [perbandingannya satu kilogram beras Delanggu dicampur tiga hingga lima kilogram beras dari daerah lain],” kata Ketua II Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Klaten, Atok Susanto, kepada Solopos.com, Senin (14/2/2022).

Baca Juga: Rasa Beras Delanggu Tak Bakal Pernah Bohong, Ternyata Ini Rahasianya

Atok Susanto mengatakan beras Delanggu yang dikenal masyarakat luas tak hanya beras rajalele yang sudah melegenda sejak puluhan tahun lalu. Beras jenis apa pun jika ditanam di Delanggu akan memperoleh rasa yang pulen.

“Dulu beras Delanggu dikenal rajalelenya. Kali terakhir, yang menanam padi rajalele itu saya, yakni seluas lima hektare di tahun 2010. Lantaran waktunya lumayan lama, sekarang muncul beras Rajalele Srinar dan Srinuk yang kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu,” katanya.

Atok Susanto mengatakan saat ini sangat sulit menemukan beras original buatan Delanggu. Para “pemain” beras, baik di Delanggu dan di luar Delanggu sudah banyak menggunakan teknik mencampur beras meski pada akhirnya menjual dengan brand beras Delanggu.

Baca Juga: Kisah Beras Delanggu yang Kini Tinggal Nama

“Harga beras Delanggu yang original itu biasanya lebih mahal dibandingkan beras dari daerah lain. Selisihnya bisa kurang lebih Rp1.000 per kilogram [harga beras asli Delanggu lebih mahal meski jenis berasnya sama]. Jika harga beras kualitas bagus di pasaran Rp9.000 per kilogram, beras original dari Delanggu bisa Rp10.000-Rp10.500 per kilogram,” katanya.

Atok yang juga dikenal sebagai petani tulen asal Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu ini mengungkapkan beras Delanggu selalu memiliki ciri khas. Di kalangan “pemain” dan pencinta beras di Tanah Air, ciri khas tersebut tak bisa dibohongi.

“Ciri khas beras dari Delanggu itu terletak pada rasa dan tampilannya. Dari segi rasa, jelas enak dan pulen. Dari tampilan itu, terlihat bening. Dua hal ini tak bisa ditiru daerah lain. Ini terkait dengan kualitas tanah dan air di Delanggu,” katanya.

Baca Juga: Tersaingi Produk Impor, Harga Beras Delanggu Anjlok

Atok Susanto mengatakan kondisi tanah dan air di Delanggu sangat mendukung masyarakatnya menanam tanaman padi sepanjang musim tanam setiap tahun. Berbekal potensi alam yang merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, tanah pertanian di Delanggu sangat cocok ditanami padi.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, Pemkab Klaten telah berupaya melestarikan beras Delanggu dengan memodifikasi padi rajalele menjadi varietas srinar dan srinuk. Tanaman padi rajalele tersebut dinilai memiliki berbagai keunggulan dibandingkan tanaman rajalele pada umumnya.

Di antaranya, tinggi pohon lebih pendek, usia panen hanya butuh waktu 120 hari (tanaman jenis lain mencapai 160 hari), bulir padi lebih banyak, dan tahan hama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya