SOLOPOS.COM - Warga berkerumun saat pembukaan Gua Mangkubumi sebagai objek wisata sejarah yang diinisiasi warga Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (24/10/2021).(Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Gua Mangkubumi di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen tengah dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Adanya jejak sejarah Pangeran Mangkubumi di gua tersebut menjadi nilai jual utama.

Selain faktor sejarah, ada sejumlah keunikan lain yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang Gua Mangkubumi. Berikut ini serba-serbi mengenai Gua Mangkunegara yang dihimpun Solopos.com.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

1. Tempat Bersemedi Pangeran Mangkubumi

Gua kuno yang jadi petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021).(Moh. Khodiq Duhri/Solopos)
Gua kuno yang jadi petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021).(Moh. Khodiq Duhri/Solopos)

Pada 1746-1757, Pangeran Mangkubumi memimpin perlawanan melawan pasukan Belanda. Perlawanan itu dikenal dengan peperangan Mangkubumen. Perlawanan itu dilakukan Pangeran Mangkubumi karena merasa keberatan dengan langkah Paku Buwono (PB) II yang menjalin kerja sama dengan VOC, dan memilih keluar dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Pangeran Mangkubumi sempat mendirikan pemerintahan Projo Sukowati di Desa Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Masaran, Sragen, sebelum akhirnya memutuskan untuk bergerilya ke Gebang dengan alasan keamanan.

Setelah menemukan tempat nyaman di Gebang, Pangeran Mangkubumi bersemedi sekaligus bersembunyi dari kejaran pasukan Belanda. Tempat yang dijadikan persembunyian dan lokasi bersemedi itu adalah Gua Mangkubumi.

2. Batu yang Tidak Bisa Dipindahkan

batu keramat sragen
Penampakan batu yang dikeramatkan warga Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021). (Solopos-Moh Khodiq Duhri)

Di dekat Gua Mangkunegaran terdapat batu yang dikeramatkan oleh warga sekitar. Warga sempat berupaya memindahkan batu berdiameter sekitar satu meter itu agar tak menghalangi jalan.

Namun, saat hendak diangkat, ekskavator yang didatangkan warga tak kuat mengangkatnya. Karena sulit diangkat, akhirnya warga berinisiatif memanggil tukang pemecah batu.

“Tukang pemecah batu itu sempat datang ke sini. Namun, ia hanya menengok batu itu dan tidak mau memecah batu itu. Bagi warga sekitar, batu itu akhirnya jadi misteri karena tidak bisa dipindah,” kata Tumin, 55, warga Desa Gebang, saat diwawancara Minggu (19/9/2021).

Salah seorang sesepuh setempat lantas memberi tahu bahwa batu itu sejatinya nisan. Tepatnya nisan seorang panglima perang wanita pengikut setia Pangeran Mangkubumi.

Namanya Panembahan Senopati Nyai Tuginah Wiro Atmojo yang merupakan putri Tumenggung Wiro Atmojo.

3. Pohon Wawungan

Penampakan gua kuno yang jadi petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021).(Moh. Khodiq Duhri/Solopos)
Penampakan gua kuno yang jadi petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021).(Moh. Khodiq Duhri/Solopos)

Bukan hanya batu keramat, di sekitar gua itu dulu tumbuh pohon wawungan yang juga dikeramatkan oleh warga setempat.

Pohon tersebut tumbuh di atas batu keramat yang konon tidak bisa dipindahkan. Dahulu sempat ada warga sekitar yang mengambil sebagian batang kayu dari pohon itu untuk dipakai membuat gagang cangkul.

Akan tetapi, sesaat setelah mengambil kayu itu, warga tersebut jatuh sakit. Khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, batang kayu itu akhirnya dikembalikan ke lokasi awal.

Saat ini, pohon wawungan itu sudah lapuk dimakan usia. Kendati begitu, tidak ada warga sekitar yang berani menggunakan batang pohon itu sebagai kayu bakar. Saat ini, kayu dari pohon wawungan itu teronggok di seberang jalan.

4. Tempat Ritual dan Mencari Ilmu

Dikenal sebagai tempat bertapanya Pangeran Mangkubumi, Gua Mangkubumi juga digunakan sebagai pertapaan bagi mereka yang ingin mencari ilmu.

Seperti salah seorang tokoh masyarakat Desa Kedungwaduk bernama Karman yang mengaku sering bertapa di Gua Mangkubumi dan memiliki ilmu manunggal sajiwa saraga.

Ia mengatakan bahwa terdapat dua tokoh sakti dari gua tersebut yang bernama Blabak Pengantol-antol dan Bendrong Geni. Menurut Karman, Blabak Pengantol-antol merupakan aji-aji milik panegak Pandawa, yakni Werkudara yang juga dikenal dengan nama Bratasena.

Sementara Bendrong Geni merupakan nama jembatan di Dukuh Celep, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen. Bendrong Geni merupakan cikal bakal Dukuh Celep. Tokoh Mbah Bendrong Geni diyakini merupakan tokoh pada zaman kolonial atau kerajaan dahulu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya