SOLOPOS.COM - Sejumlah warga mengantre mendapatkan air bersih yang dikirim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo di Desa Puron, Kecamatan Bulu, Minggu (9/8/2020). (Istimewa/Sri Maryanto)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Seratusan keluarga di Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, dan Desa Puron, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, sudah mengalami krisis air bersih pada musim kemarau ini.

Bantuan air bersih mulai disalurkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari mereka. Debit air sumur galian menyusut drastis sejak akhir Juni.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama ini, warga setempat mengandalkan air sumur galian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan memasak. Warga setempat rela mengantre saat mengambil air bersih di sumur galian.

10 Berita Terpopuler: Aktivitas hingga Bayaran Mbah Minto Klaten Setelah Jadi Jutawan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo telah menerima permohonan air untuk warga yang krisis air bersih dari pemerintah Desa Watubonang dan Desa Puron. Bantuan air bersih telah dikirim ke daerah kekeringan selama beberapa pekan terakhir.

“Ada dua rukun tetangga [RT] di Dusun Tegalmulyo, Desa Puron, Kecamatan Bulu yang kesulitan mendapatkan air bersih. Kami sudah mengirim bantuan air bersih ke lokasi tersebut setiap pekan. Hari ini [Minggu], kami mengirim bantuan air bersih ke Dusun Tegalmulyo, Desa Puron,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Sri Maryanto, Minggu (9/8/2020).

Sebelumnya, BPBD Sukoharjo telah mengirim mobil tangki air bersih ke Dusun Watulumbung, Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari. Warga setempat kesulitan mendapatkan air bersih sejak beberapa pekan lalu.

Gibran Semangati Pedagang BTC Solo Bangkit Setelah Lockdown

Selama ini, Dusun Watulumbung merupakan daerah langganan krisis air bersih saat musim kemarau. Sri menjelaskan wilayah Sukoharjo bagian selatan terutama Weru minim potensi sumber air.

Sumur Dari Bebatuan

Sebagian besar lapisan tanah terdapat batu hitam yang memiliki tingkat kekerasan cukup tinggi. Mata alat bor tak bisa menembus batu tanah itu lantaran saking kerasnya.

“Biasanya, masyarakat memiliki sumur yang terbuat dari bebatuan untuk menyimpan air bersih. Bantuan air bersih yang dikirim mobil tangki langsung dimasukkan ke dalam sumur itu,” ujar dia.

Update! Kasus Covid-19 Solo Tembus 308, Muncul Klaster Baru dari Inspektorat

Lebih jauh, Sri telah memetakan desa rawan kekeringan dan krisis air bersih di Kabupaten Sukoharjo. Ada 17 desa rawan kekeringan di wilayah Kecamatan Weru, Bulu, dan Tawangsari.

Ketiga wilayah itu menjadi daerah langganan krisis air bersih saat musim kemarau. Berdasar perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diprediksi pada Agustus-awal September.

Sementara itu, Kepala Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, Welas Efendi, mengatakan masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih di Dusun Watulumbung ada seratusan keluarga. Mereka mengandalkan sumur galian dan sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari.

Misteri Siluman Macan Putih di Lereng Gunung Lawu Karanganyar

Namun, sumber air tersebut mengering sejak dua bulan lalu. Kondisi geografis di Dusun Watulumbung merupakan lereng perbukitan yang minim sumber air bersih saat musim kemarau.

“Bantuan air bersih sudah dikirim BPBD Sukoharjo ke sejumlah lokasi di Dusun Watulumbung. Saat ini, masyarakat mengandalkan bantuan air bersih lantaran sumber air telah mengering,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya