SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Espos)--Serangan virus yang menyebabkan tanaman padi tumbuh kerdil ternyata tidak hanya terjadi di Desa Pringanom, Kecamatan Masaran. Virus yang belum ditemukan obatnya itu juga menyerang ratusan hektar (ha) lahan di Kecamatan Plupuh dan Tanon.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Plupuh, Soewardi, mengungkapkan serangan virus kerdil mencakup kawasan yang cukup luas, di antaranya di Desa Gentan Banaran, Desa Karanganyar dan Desa Cangkol. Dalam catatan pihaknya, sekitar 10% dari total lahan tanaman padi di Plupuh terserang virus tersebut. Tanaman padi yang terinfeksi umumnya merupakan tanaman padi yang lebih awal ditanam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Padi mulai menunjukkan gejala kerdil pada usia padi 40-50 hari. Gejala yang terlihat, menurut pengamatan kami, terjadi pada tanaman yang ditanam lebih awal, mendahului teman-temannya,” jelas Soewardi, saat ditemui Espos, di ruang kerjanya, Kamis (13/1).

Ekspedisi Mudik 2024

Terkait serangan virus kerdil, dia mengaku telah menyosialisasikan petani untuk mencegah meluasnya virus dengan membabat habis tanaman padi yang diserang. Menurut dia, serangan virus kerdil sejauh ini belum dapat diobati. Untuk itu, petani tetap harus memusnahkan tanaman padi mereka, dengan cara dibakar atau dikubur. Sementara, untuk pencegahan, petani, sambungnya, harus memastikan tidak menggunakan benih atau lahan yang masih mengandung virus bawaan hama wereng hijau.

“Virus ini adalah bawaan hama wereng hijau, bukan wereng coklat yang selama ini menyerang. Virus ini sifatnya diturunkan pada benih. Jadi kalau tanaman awalnya terjangkit hama wereng, besar kemungkinan benihnya juga mengandung virus. Artinya, satu-satunya solusi adalah dengan memusnahkan,” urai Soewardi.

Di Desa Kecik, Kecamatan Tanon, virus kerdil diperkirakan menyerang antara 20-25% areal tanaman padi di desa itu, yang luas totalnya mencapai 278 ha. Kepala Desa (Kades) Kecik, Suwandi menjelaskan serangan virus kerdil membuat petani kian kesulitan.

Sebab, di saat yang sama, hama wereng dan hama yang menyerang leher tanaman pada atau biasa dikenal dengan teklek  juga menyerang tanaman padi. Kendati demikian, petani, terangnya, belum berpikir untuk memusnahkan tanaman. Pasalnya, masih ada tanaman padi yang tumbuh secara normal. Disamping itu, petani masih berharap bisa memanen tanaman padi meski hasilnya tak memuaskan. “Saya kira kalau untuk memusnahkan sekarang, petani masih keberatan. Kalau mau dimusnahkan nanti saja setelah semua panen,” ungkap dia.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian Sragen, Haryoto memastikan pihaknya akan mengambil langkah pemusnahan untuk mencegah virus kerdil menyebar. Menurut dia, sejauh ini belum ada obat yang bisa mengatasi virus tersebut. Untuk itu, tanaman padi yang terinfeksi harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Haryoto mengakui tidak mudah meminta petani memusnahkan tanaman padi milik mereka. Namun, dia memastikan tidak lama lagi akan mengadakan sosialisasi menyeluruh ke petani, sehingga bisa dimengerti. “Virus itu bawaaan dari benihnya, tidak bisa diobati. Jadi tetap harus dimusnahkan. Kami akan bergerak ke lapangan untuk sosialisasi,” jelas Haryoto.


tsa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya