SOLOPOS.COM - Burung hantu (Tyto alba) sebelum dilepasliarkan sebagai predator alami hama tikus di Demak, Jateng, Kamis (25/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Solopos.com, KEDAWUNG - Maraknya hama tikus yang menyerang tanaman padi petani membuat Pemerintah Desa (Pemdes) Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, berencana menangkarkan burung hantu atau tyto alba. Jenis burung ini merupakan predator dari hama tikus yang belakangan meresahkan petani.

Dana sekitar Rp30 juta dari dana desa (DD) siap digunakan untuk membeli bibit tyto alba pada 2020. Dalam waktu dekat, rencana pembelian burung hantu itu akan disampaikan dalam forum Badan Permusyawaratan Desa (BPD) setempat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tentara Israel Mengaku Salah Bomnya Tewaskan Anak-Anak di Gaza

“Kami tetap membutuhkan dukungan dari kalangan petani untuk membuatkan pagupon sebagai kandang burung hantu itu. Soalnya, pagupon itu nantinya berlokasi di area persawahan milik warga. Dana desa tidak bisa digunakan untuk itu, kecuali pagupon itu berlokasi di tanah kas desa,” jelas Sekretaris Desa Celep, Sumadi, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (26/12/2019).

Tyto alba merupakan jenis burung yang memiliki kemampuan dalam membunuh hama tikus. Satu ekor burung tyto alba bisa membunuh 3-5 ekor tikus setiap malamnya. Jika dihitung secara matematis, satu ekor burung tyto alba bisa membunuh 90 hingga 150 ekor tikus tiap bulannya. Apabila dalam satu area persawahan terdapat 10 ekor burung tyto alba, maka tikus yang terbunuh bisa mencapai 900-1.500 ekor tiap bulannya.

“Sebelum membeli burung hantu itu, kami ingin studi banding dulu ke desa-desa di luar Sragen yang sudah berhasil menangkarkan burung ini. Setelah itu, kami akan menerbitkan perdes yang memuat larangan menangkap atau membunuh burung hantu itu. Bila larangan itu dilanggar, harus siap membayar denda uang,” terangnya.

Sumadi mengakui hama tikus telah membuat kalangan petani pusing. Bahkan, ada petani yang terpaksa menanam padi hingga dua kali di lahan yang sama akibat serangan hama tikus. Tidak hanya menyerang tanaman padi, tikus juga menyerang tanaman bawang merah hingga cabai.

“Tikus sekarang itu unik, dulu hanya doyan batang padi, sekarang bawang dan cabai juga disikat. Anehnya, yang dimakan tikus itu bagian biji cabai. Sepertinya tikus sekarang itu doyan sambel,” seloroh Sumadi.

Leicester City Vs Liverpool: The Reds Kejar Rekor

Senada dikatakan Agus Joko Triyono, 40, petani asal Desa Pengkok, Kedawung. Menurutnya, hampir sebagian petani di Kecamatan Kedawung dibuat pusing dengan serangan hama tikus. Tikus itu mematahkan batang tanaman padi yang baru berusia 1-2 pekan. Akibat serangan tikus itu, sejumlah petani memilih menanam ulang.

“Hama tikus itu mewabah karena sekarang ini petani bisa tiga kali menanam padi dalam setahun. Sekarang petani mudah dapatkan air dari sumur-sumur dalam sehingga mereka tidak mau menanam palawija. Itu sebabnya, tikus berkembang biak karena makanan [tanaman padi] selalu tersedia sepanjang tahun. Coba kalau petani mau menanam palawija, mungkin populasi tikus tidak sebanyak sekarang,” ucap Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya