SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi. (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI – Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau food and mouth disease (FMD) menyerang 10 sapi milih salah satu peternak asal Singosari, Mojosongo, Boyolali. Awalnya pada Sabtu (7/4/2022), dilaporkan baru dua hewan yang memiliki gejala PMK, kemudian pada Minggu (8/5/2022) ditelisik satu kandang atau 15 sapi memiliki gejala PMK.

Perihal kronologi penyebaran penyakit mulut dan kuku pada sapi tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, ketika dijumpai wartawan di ruangannya, Selasa (10/5/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Ada 15 sapi dalam satu kandang sudah menunjukkan gejala klinis ke arah PMK. Pada Minggu kemarin baru sempat mengambil 10 sampel. Dan tadi malam [Senin], hasilnya sudah keluar. Semuanya dinyatakan positif,” kata Lusi.

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Disnakkan Boyolali, drh. Afiany Rifdania, mengungkapkan tingkat penyebaran penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak sangat cepat. Ia mengungkapkan tingkat penularan mencapai 90 – 100 persen. “Satu kandang itu bisa tertular semua dalam waktu yang sangat cepat,” jelas dia.

Lebih lanjut, ia mengatakan cara penularan virus PMK bisa dari beberapa cara seperti air liur, kotoran ternak, hingga lewat angin. Afi menjelaskan virus penyebab penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak tersebut dapat dibawa angin dan menempel pada barang, hewan, ataupun orang.

Baca juga; Duh, 10 Sapi di Mojosongo Boyolali Positif Penyakit Mulut dan Kuku

Lebih lanjut, Afi mengatakan walau tingkat penularan PMK cepat, ia mengatakan penyakit tersebut tidak menular kepada manusia. “Itu sedikit memberikan ketenangan kepada kita karena tidak menular manusia atau tidak zoonosis. Namun, kami tetap waspada jangan sampai manusia malah jadi perantara untuk menularkan ke kandang lain,” kata dia.

Afi juga mengatakan angka kematian akibat penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak terbilang kecil. Ia mengungkapkan tingkat kematian pada sapi dewasa sekitar 1–5 persen dan di bawah 20 persen untuk sapi anakan.

“Mungkin itu sedikit memberikan ketenangan karena tidak ada kematian yang kami takutkan karena virus. Namun, karena penularannya yang cepat dapat mengganggu produktivitas. Otomatis jika kejadian menimpa peternakan dalam jumlah ribuan, otomatis produktivitas menurun,” jelas dia.

Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Serang Sapi di Boyolali, Kenali Ciri-Cirinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya