SOLOPOS.COM - Warung serabi Kerun Ayu Jalan Raya Ponorogo-Solo, Kecamatan Kauman, Ponorogo tidak pernah sepi pembeli Kamis (23/6/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Masyarakat Ponorogo atau yang biasa melewati Jalan Raya Solo–Ponorogo tepatnya di Desa Plosorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tentunya sudah akrab dengan adanya kuliner serabi Kerun Ayu. Yakni, kudapan yang rasanya gurih dengan paduan parutan kelapa saat penyajiannya.

Ternyata, serabi Kerun Ayu ini sudah legendaris dan diteruskan sampai lima generasi oleh keluarga Endang Papik. Dia anak terakhir dari empat bersaudara yang masih meneruskan usaha milik ibunya. Jika ditelusuri, ibunya itu sudah berjualan sejak 1985 lalu diteruskan oleh Papik selama 18 tahun.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

‘’Resepnya juga turun-temurun dan tidak pernah diubah,’’ kata Papik saat ditemui di warungnya, Kamis (23/6/2022).

Rasa gurih dari serabi Kerun Ayu itu berasal dari campuran adonan tepung beras, kelapa, garam, dan air hangat. Dalam sehari, Papik bisa menghabiskan tujuh sampai delapan panci besar atau sekitar 30-40 liter. Selain itu, adonan itu dibuat dadakan agar tidak basi.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Truk Terguling di Tanjakan Ngrayun Ponorogo, Muatan Porang Ngglundung

‘’Kalau sudah dibuat, adonan itu hanya tahan dua jam. Jadi dibikinnya dadakan setiap kali habis,’’ ungkapnya.

Setelah adonan itu siap, Papik dengan cekatan menuangkannya di atas tungku-tungku kecil di sampingnya. Untuk memasak, dia memilih menggunakan kayu bakar dan cara masak seperti ini terus dipertahankan.

kuliner khas ponorogo
Warung serabi Kerun Ayu Jalan Raya Ponorogo-Solo, Kecamatan Kauman, Ponorogo tidak pernah sepi pembeli Kamis (23/6/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Dia mengaku bahwa memasak dengan menggunakan kompor gas memang lebih cepat. Namun, rasa serabi akan berbeda dibandingkan dengan memakai kayu bakar.

‘’Kadang-kadang ada yang meminta lebih gosong serabinya,’’ ujarnya.

Produksi Dimulai Dini Hari

Setiap hari, Papik harus bangun sebelum pukul 02.30 WIB atau dini hari untuk menyiapkan adonan serabi. Sebab, dia harus menyiapkan sekitar 300 serabi untuk pedagang sayur obrokan. Selain itu, banyak pembeli di pagi hari.

Baca Juga: Lupa Matikan Tungku Masak, Rumah di Ponorogo Nyaris Ludes Terbakar

‘’Kita sudah buka mulai jam setengah tiga pagi sampai jam 12.00 siang. Kadang-kadang sampai jam 13.00 WIB kalau adonan serabinya masih ada,’’ jelasnya.

Terhitung sudah 25 tahun serabi Kerun Ayu tidak lagi dijajakan di pasar atau keliling. Ibu kandung Papik memilih untuk menetap berjualan di depan rumahnya atau pojokan perempatan Jalan Raya Solo-Ponorogo sampai sekarang.

‘’Tidak sempat lagi kalau mau keliling, di warung aja sudah ramai dan bingung melayani,’’ ungkapnya.

Baca Juga: Jambret Dompet Emak-Emak di Ponorogo, Pria Asal Madiun Ditangkap Warga

Tidak sedikit pembeli dari luar kota yang singgah untuk menjadikan serabi Kerun Ayu sebagai oleh-oleh. Papik sudah hafal pada hari Sabtu dan Minggu warung serabinya selalu ramai pembeli.

‘’Serabinya ini bisa tahan seharian kalau parutan kelapanya dipisah,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya