SOLOPOS.COM - Sepinya Solo Paragon Mall sebagai dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Selasa (13/7/2021).(Farida Trisnaningtyas/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Solo berharap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat tidak diperpanjang.

Jika kebijakan ini berlanjut, maka bisa membuat usaha gulung tikar dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Meskipun dalam hal ini, usaha esensial diperbolehkan buka, sementara nonesensial harus tutup sementara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua APPBI Solo, Veronica Lahji, berharap PPKM Darurat ini cukup dua pekan saja (3-20 Juli 2021). Menurutnya, dampaknya sangat besar terhadap keberlangsungan usaha dan nasib para karyawannya.

“Kami mendukung program pemerintah pusat dengan hanya membuka sektor esensial seperti supermarket dan food and beverage [FnB]. Penjualan dilakukan secara online dan ini sangat kurang kalau dihitung secara omzet,” ujar dia, kepada Solopos.com, Rabu (14/7/2021).

Baca Juga: Antam Turun! Cek Harga Emas Pegadaian Hari Ini, Kamis 15 Juli 2021

Mengalami Kerugian

Veronica menjelaskan PPKM Darurat sangat memengaruhi kondisi perekonomian para pelaku usaha dan para karyawannya. Bagaimana tenant-tenant di mal banyak mengalami kerugian dan bisa jadi banyak pegawai yang dirumahkan sehingga terancam terkena PHK jika kebijakan ini dilanjutkan.

Pihaknya mencontohkan di Solo Paragon Mall tenant yang buka sekitar 20%. Namun demikian, banyak yang akhirnya memilih menutup usahanya lantaran biaya operasionalnya cukup besar jika buka. Hal ini lantaran pendapatan yang mereka peroleh tidak seberapa dan cenderung rugi.

“Kalau ini dilanjutkan arahnya pasti ke sana [usaha tutup dan PHK]. Mana yang kuat usaha yang tetap mempertahankan SDM, meski dibantu penjualan online,” imbuh dia.

Baca Juga: Curhat ke Presiden Jokowi, Karyawan Garuda: 2.000 Orang Kena PHK, Gaji Dipotong

Jika mal sejumlah tenant esensial masih boleh buka, berbeda halnya dengan pusat perbelanjaan nonesensial yang menjual pakaian dan kain seperti di Beteng Trade Center (BTC) dan Pusat Grosir Solo (PGS) yang mesti tutup.

Menurutnya, penjualan secara online pun tidak banyak membantu menaikkan omzet mereka selama PPKM Darurat. Dalam hal ini, pihaknya berancang-ancang mengajukan insentif kepada pemerintah untuk para pelaku usaha yang terdampak PPKM Darurat tersebut.

“Mereka banyak home industry bekerja setiap hari ya untuk hari itu. Secara manajemen tidak berani tidak mematuhi aturan ini pastinya. Ini efeknya lebih parah dari saat awal pandemi,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya