Solopos.com, KLATEN – Revitalisasi objek wisata Rawa Jombor di Klaten, Jawa Tengah segera dilanjutkan. Salah satu poin dalam proyek penataan ulang Rawa Jombor itu adalah memindahkan warung apung ke daratan.
Total anggaran untuk kelanjutan penataan Rawa Jombor tahun ini mencapai hampir Rp60 miliar. Pada 2020, pemprov mengawali proyek penataan kawasan Rawa Jombor di antaranya membangun plaza kuliner berupa dua joglo, taman, serta patung yang dilakukan pada lahan di sisi timur rawa. Total pagu anggaran untuk proyek 2020 sekitar Rp6 miliar.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Rencana pemindahan warung apung di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Bayat, Klaten, ke daratan itu telah bergulir beberapa tahun terakhir. Namun para pelaku usaha warung apung tetap berharap warung apung diizinkan berdiri di air.
Baca juga; Eksis Sejak 1998, Warung Apung di Rawa Jombor Klaten Bakal Jadi Kenangan
Kawasan warung apung di Rawa Jombor selalu ramai dikunjungi wisatawan saat akhir pekan tiba. Mayoritas mereka datang bersama pasangan atau rombongan keluarga. Wajar saja, harga paket makanan yang disediakan di warung apung tersebut tidak mungkin hanya dihabiskan berdua saja.
Pada Maret 2021 lalu saya sempat bertandang ke salah satu warung apung di Rawa Jombor. Ini adalah pengalaman pertama saya datang ke sana. Semilir angin dari waduk lembut menerpa wajah yang sudah lelah dan kelaparan sepanjang jalan dari Solo menuju ke Rawa Jombor.
Dari segi tempat, warung apung Rawa Jombor menawarkan sensasi yang berbeda dari kebanyakan rumah makan lain. Lokasinya yang berada di air menjadi daya tarik tersendiri.
Baca juga: Mau Naik Gondola Baru Khusus Penumpang di Girpasang Klaten? Siapkan Rp60.000 Per Orang
Makan di Warung Apung
Kala itu saya merapat ke salah satu warung apung cukup besar di Rawa Jombor, yakni RM Widodo. Setelah menaruh kendaraan di tempat parkir, kami disambut hangat oleh bapak-bapak juru parkir sekaligus pegawai di warung apung tersebut.
Akses menuju ke warung apung itu juga cukup menarik. Kami tidak perlu berjalan kaki melalui jembatan maupun naik perahu untuk menuju ke warung apung yang letaknya sekitar 20-30 meter dari daratan.
Pemilik warung apung itu menyediakan alat serupa rakit yang terhubung dengan tali di warung apung dan tepian dekat parkiran. Saya bisa mengulur tali itu sendiri atau meminta bantuan juru parkir.
Baca juga: Sejarah Kelam Waduk Kedung Ombo hingga Jadi Tempat Wisata
Sesampainya di sana, saya disambut ramah oleh ibu-ibu pegawai warung apung. Mereka mempersilakan saya duduk sembari memilih menu makanan yang hendak di pesan.
Saya pun memilih duduk di bagian belakang warung apung yang dekat dengan keramba ikan dan menghadap ke hamparan luas Rawa Jombor. Saya sempat kaget ketika melihat menu makanan yang ditawarkan, karena porsinya kiloan dan jelas tidak bisa saya habiskan karena hanya datang berdua dengan seorang teman.
Tak kehabisan akal, saya pun memesan dua porsi makanan a la carte kepada salah satu pegawai warung apung tersebut. Cukup lama kami menunggu karena sore itu Rawa Jombor cukup ramai dikunjungi rombongan wisatawan. Sebenarnya ada puluhan warung apung di sana yang menawarkan sensasi makan dan piknik seru.
Baca juga: Wisata Unik di Kampung Wayang Kepuhsari
Sembari menunggu makanan para wisatawan bisa memancing, berkaraoke, atau berkeliling rawa menggunakan getek atau perahu hias dengan tarif mulai Rp10.000-an. Anda juga bisa bersantai dan berbaring di warung apung.
Jika sedang beruntung Anda bisa melihat aktivitas nelayan memberi makan ikan di keramba. Bagi pencinta fotografi Anda bisa berburu foto senja nan cantik di sana.
Salah satu ibu-ibu pegawai di warung apung yang saya datangi mengatakan sudah bekerja di sana sejak 1990-an. Rumah makan itu disebut-sebut sebagai salah satu pelopor warung apung di Rawa Jombor. Dari yang awalnya hanya ada beberapa saja, kini ada puluhan warung apung di sana.
Baca juga: Asyik! Wisata Kuliner Malam Galabo Solo Dibangkitkan Lagi, Ini Rencana Mas Wali
Eksis Sejak 1998
Berdasarkan liputan wartawan Solopos, Taufiq Sidik Prakosa, warung apung di Rawa Jombor mulai bermunculan sekitar 1998 lalu. Saat itu, ada salah satu warga yang berinovasi membikin usaha pemancingan di tengah rawa dilengkapi dengan kuliner.
Usaha itu berkembang dengan berdatangannya pengunjung dari berbagai daerah. Melihat usaha tersebut berkembang di Rawa Jombor, warga mulai menggeluti usaha yang sama.
Puncaknya terjadi pada 1999-2000. Saat itu, ada sekitar 22 pelaku usaha warung apung di kawasan rawa tersebut.
“Keberadaan warung mendongkrak perekonomian warga,” kata Sutomo yang menjalankan usaha warung apung sejak 2006.
Baca juga: Kuliner Khas WGM Wonogiri Ini Ternyata Jadi Favorit Bupati Jekek
Sejak warung apung menjamur lebih dari 20 tahun lalu, warga dari berbagai daerah berdatangan khusus untuk menikmati sensasi wisata kuliner di tengah Rawa Jombor.
Tetapi, kini rencana pemindahan warung apung kembali mencuat dan jika terealisasikan, maka sensasi makan di warung apung dengan menu ikan segar sembari menikmati pemandangan indah dengan suasana syahdu nan romantis hanya tinggal kenangan.