SOLOPOS.COM - Sesepuh Boyolali, Seno Kusumoharjo (batik merah) saat berada di sekitar Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, dan jajarannya di lahan bekas Terminal Boyolali akan digunakan untuk Masjid Gedhe Boyolali, Senin (2/1/2023). Ide pembangunan Masjid Gedhe Boyolali diprakarsai oleh Seno Kusumoharjo. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Sesepuh Boyolali sekaligus politikus senior PDIP, Seno Kusumoharjo, menyumbang ide pembangunan Masjid Gedhe Boyolali di lahan eks Terminal Boyolali, Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.

“Saya selaku Bupati Boyolali menyampaikan terima kasih kepada sesepuh masyarakat Kabupaten Boyolali, Pak Seno Kusumoharjo, yang telah memprakarsai dan mendorong kita bukan ketika tahun 2023 dimulai. Akan tetapi sejak awal saya dengan Pak Wahyu Irawan memimpin Kabupaten Boyolali,” ujar Bupati Boyolali, M. Said Hidayat dalam sambutan acara peletakan batu pertama Masjid Gedhe Boyolali, Senin (2/1/2023).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Said mengungkapkan Seno mengajak berbicara untuk mewujudkan keberadaan Masjid Gedhe Boyolali dengan membawa karakteristik dan menjaga nilai tradisi Jawa.

Ia menjelaskan sejak 2021 lalu Seno mengajak berbicara, mendorong, dan berdiskusi dengan Pemkab Boyolali sekaligus DPRD Boyolali terkait pembangunan Masjid Gedhe Boyolali.

Said menjelaskan mulai 2021 hingga 2022 secara bertahap menganggarkan untuk pembuatan talut kemudian menata parkir. Kemudian, untuk 2023 untuk pembangunan landscape dan sebagainya.

“Ini sebagai wujud bahwa Mas Seno memprakarsai pembangunan Masjid Gedhe ini, pemerintah mempersiapkan dengan landasannya. Jadi, lahan kami siapkan, kami tata terlebih dahulu. Sehingga pemrakarsa akan dimulai, dan alhamdulillah mulai hari ini. Lahan sudah siap dan tertata,” kata dia.

Ditemui seusai acara, Seno Kusumoharjo atau Seno Gedhe mengatakan ide pembuatan masjid tersebut berawal dari pikiran sederhana.

“Kami itu punya lahan, terus kadang bupati dan staf berpikir untuk apa setelah terminal dipindah. Dan faktanya, kami belum ada satu masjid dengan ukuran yang cukup besar. Kalau memang saya usul ke bupati, wakil bupati, dan ketua DPRD, piye sih nek masjid kuwi khas Jawa [bagaimana jika masjid itu khas Jawa], pakai kayu,” ujarnya.

Sehingga, jelas dia, ketika masyarakat masuk masjid maka akan mendapati pemandangan masjid yang banyak dengan tiang yang semuanya berasal dari konstruksi kayu.

Ia menjelaskan, terkadang ketika melihat masjid yang besar jarang menemukan tiang karena dibangun dengan konstruksi beton dan baja.

“Kalau ini [Masjid Gedhe Boyolali] kan tradisional. Jangan dibilang yang tradisional enggak oke, yang tradisional selalu oke,” jelasnya.

Seno Kusumoharjo menegaskan pembangunan Masjid Gedhe Boyolali tak akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Boyolali.

“APBD hanya untuk penataan lahan, itu insyaallah tidak menggunakan APBD. Jadi untuk [pembangunan] masjid gotong royong [umat]. Saya punya keyakinan, yang namanya masjid itu enggak ada cerita bangun rumah ibadah mangkrak walau enggak didukung APBD,” jelasnya.

Ia menjelaskan pembangunan Masjid Gedhe Boyolali nanti dengan gotong royong atau dana sumbangan umat. Menurutnya, anggaran untuk pembangunan Masjid Gedhe Boyolali terhitung besar.

Ia tak menyebut jumlah pasti, akan tetapi Seno menjelaskan anggaran bersifat dinamis.

Seno mencontohkan kenaikan harga kayu juga bisa berbeda dari tahun ke tahun, sehingga dia belum bisa membicarakan besaran anggaran. Namun, ia memastikan anggaran untuk pembangunan Masjid Gedhe Boyolali lebih dari Rp10 miliar.

“Kalau toh nanti partisipasinya tidak selancar yang diperhitungkan, sudah ada pihak yang bertanggung jawab untuk pendanaan menyelesaikan. Buka-bukaan saja, saya yang akan bertanggung jawab kalau memang dana sumbangan tak menyelesaikan. Saya yang menyelesaikan,” tegasnya.

Ukuran dan Daya Tampung Masjid

Di wawancara terpisah, Sekda Boyolali, Masruri, mengungkapkan Pemkab Boyolali mengeluarkan APBD hanya untuk penataan lahan saja sebesar Rp5 miliar. Ia memperkirakan anggaran lebih dari Rp50 miliar lebih.

“Itu belum termasuk fasilitas pendukung yang di samping misal kantor MUI [Majelis Ulama Indonesia] Boyolali, dan sekitarnya,” kata dia.

Lebih lanjut, Masruri mengatakan untuk luas lahan eks Terminal Boyolali tersebut sebesar 1,1 hektare dengan total bangunan masjid 1.984 meter persegi terdiri dari bangunan utama masjid 944 meter pesegi dan serambi 358 meter. Untuk pelataran masjid, jelasnya, 2.650 meter persegi.

Ia juga menjelaskan kapasitas masjid hingga serambi dapat menampung 2.600-an orang dengan bangunan mayoritas dari kayu jati.

“Nanti semua konstruksi kayu, di pinggirannya, dindingnya itu letter U dari kayu. Yang tembok hanya di mihrab masjid saja. Nanti di pinggir ada ukiran kayu dari Jepara,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya