SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Kabar duka menyelimuti dunia panggung pertunjukan Solo. Sosok seniman yang masih aktif di dunia wayang orang dan ketoprak, KRMH Kusumo Budoyo, 73, atau yang akrab dipanggil Asmorohadi, meninggal dunia di Jakarta, Selasa (28/5/2013) pukul 09.15 WIB.

Asmorohadi bersama 120 orang rombongan yang tergabung dalam Yayasan Ondrowino Keraton Kasunanan Solo, dijadwalkan naik pentas wayang orang selama dua hari, Senin-Selasa (27-28/5/2013) pukul 20.00 WIB di Gedung Kesenian Jakarta. Dalam pertunjukan yang digelar selama 2,5 jam tersebut, mereka membawakan lakon Mahatma Kusuma Kirana garapan Asmorohadi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Adik ipar almarhum, Blacius Subono, 59, ketika dihubungi Solopos.com, Selasa (28/5/2013) petang, mengatakan tidak ada yang janggal pada penampilan kakak iparnya saat naik panggung, Senin malam.

“Beliau masih menari seperti biasa. Kebetulan perannya menjadi Jati Pramono, karakter malihan Semar. Hanya sebentar saja penampilannya,” terangnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Selepas penampilan hari pertama teresebut, lanjutnya, dirinya bersama rombongan kembali ke hotel yang terletak di bilangan Mangga Besar.

“Selasa pukul 08.00 WIB kakak saya [istri Asmorohadi, Elisabet Subanti] mendatangi kamar hotel saya. Saat itu kakak ipar saya sudah tidak sadar di kamar mandi,” jelasnya.

Lelaki yang akrab disapa Bono ini kemudian memijat untuk menyadarkan Asmorohadi. “Setelah saya pijat, beliau sempat matur ‘rasanya kok badannya sakit semua’,” bebernya.

Setelah itu bersama istri Asmorohadi dan rombongan yang lain, seniman pertunjukan ini dibawa ke Rumah Sakit Husada di daerah Mangga Besar.

“Sampai di rumah sakit kira-kira pukul 08.45 WIB. Lalu dokter segera memeriksanya. Katanya kondisi beliau sudah lepas dari masa kritis. Tapi tak berapa lama, beliau dinyatakan meninggal dunia,” tuturnya.

Diceritakan Bono, Asmorohadi memiliki riwayat penyakit darah tinggi yang terkadang kambuh. Dirinya mengaku tidak sempat merasakan adanya kejanggalan sebelum kepergian almarhum.
“Selama pentas beliau hanya minta makanan yang segar-segar saja. Itu yang saya rasakan,” katanya.

Menantu almarhum, St Jangkung Wagimanto, ketika ditemui Solopos.com di rumah duka Notodiningratan RT 006/RW 004, Kemlayan, Serengan Solo, menyatakan pihak keluarga tidak menyangka almarhum akan pergi secepat itu.

“Tadi pagi [Selasa] beliau masih sempat menelpon istri saya [Dwi Retno] bercanda-canda menanyakan mau dioleh-olehi apa. Kami tidak menyangka beliau pergi saat nderekne Sinuwun di acara kesenian Keraton Solo,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Solo, Widdi Srihanto, menyatakan dunia seni pertunjukan Solo kehilalangan sosok seniman besar yang berdedikasi. “Ini kehilangan besar bagi kami semua. Saya secara pribadi mendoakan agar beliau diberi tempat yang baik di sisi Yang Maha Kuasa,” pungkasnya.

Jenazah Asmorohadi dibawa dengan penerbangan terakhir dari Jakarta dan tiba di rumah duka pukul 22.00 WIB. Asmorohadi akan dimakamkan Rabu (29/5/2013) pukul 14.00 WIB di Astana Laweyan Solo. Asmorohadi meninggalkan tujuh putra dan putri, 14 cucu dan 9 buyut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya