SOLOPOS.COM - Dosen Ilmu Keperawatan FK UGM, Sri Hartini menunjukan foto sendok untuk penderita Celebral Palsy (CP) (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Dosen Ilmu Keperawatan FK UGM, Sri Hartini menunjukan foto sendok untuk penderita Celebral Palsy (CP) (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Siapa sangka sebuah alat bantu untuk makan, seperti sendok dapat berarti besar. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), terkhusus celebral palsy (CP) sendok ini sama saja menyematkan dirinya sebagai makhluk yang independen. Kini kebutuhan dasar seperti makan dapat dilakukan seorang diri.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Selama ini penderita CP harus menggantungkan hidupnya pada bantuan orang. Akibat kelumpuhan yang parah, penserita kesulitan melakukan gerak atas dan halus. Hal-hal simpel seperti memegang atau menggegam pun tidak dapat dilakukan.

Terpaksa ia tidak dapat merasakan jabat tangan ’sehangat’ orang lain. Disisi lain, hal yang paling sering dilakukan yakni makan pun sangat sulit dilakukan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Karena lumpuh, tangannya kaku dan tidak dapat dilipat seperti orang lain. Sehingga jika pakai sendok yang biasa, sendok itu tidak dapat masuk mulut, tapi menyasar bahu atau leher,” ujar Peneliti Utama, Sri Hartini belum lama ini.

Dari riset yang dilakukannya bersama Elsi Dwi Hapsari, Widyawati, Khudazi Aulawi dan Sunartini Hapsara di SLBN 1 Jogja, diketahui 51 anak penderita CP di sekolah tersebut kesulitan mempergunakan sendok. Beranjak dari persoalan ini, kelimanya berusaha melakukan inovasi untuk mengembangkan sendok dengan kelengkungan tertentu.

Selama enam bulan, Sri berusaha memperhatikan cara anak-anak CP dalam makan. Pergerakan tangan mereka yang kaku hingga berhasil dibengkokan, serta jarak jari dengan mulut dihitung secara detil. Setiap jarak yang dihasilkan 51 anak ini dihitung secara detil.

“Diketahui jarak jari ke mulut oleh 51 anak ini 0 smapai 11 sentimeter. Dengan jarak itu dihasilkan sudut siku antara 45 derajat sampai 90 derajat,” jelas Dosen Ilmu Keperawatan FK UGM ini.

Berbasis perhitungan ini, diketahui lengkungan yang pas antara tangkai dan kepala sendok ialah penjumlahan dari 45 derajat dan 90 derajat, yakni 135 derajat. Kepala sendok yang melengkung sesuai pengembangan riset memampukan anak untuk makan tanpa bantuan orang lain.

Selain itu, sendok ini juga dilengkapi palang penahan. Tujuannya palang ini dapat menahan jari bagi penderita CP yang kaku dan defisiensi fungsi memegang dan menggenggam. Bagi penderita CP yang lebih ringan, ia dapat mempergunakan sendok tanpa palang.

Sampai saat ini, sendok berbahan dasar kayu sonokoling ini telah dipergunakan di SLBN 1 Jogja. Diharapkan alat bantu ini dapat disebarluaskan sehingga semakin banyak membantu.

Atas alasan ini, sejak 2010 Sri mendaftarkan sendok tersebut untuk mendapatkan hak paten ke Kementerian Hukum dan HAM. Proses ini diharapkan dapat melindungi inovasi yang dihasilkannya bersama keempat rekan lain.

“Setelah dapat hak paten, prodi belum mikir apakah akan diproduksi secara massal sehingga didapat profit tertentu. Yang jelas saat ini motivasinya hanya satu, membantu anak CP. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya