SOLOPOS.COM - Sumber air Sendang Sanga di Dusun Klampok, Desa Ronggojati, Kecamtan Batuwarno, Wonogiri, Sabtu (22/8/2020). (Solopos.com/ M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI – Sumber mata air Sendang Sanga di Desa Ronggojati, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri tetap mengalir meski sedang musim kemarau. Padahal beberapa wilayah di Wonogiri bagian selatan saat ini mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

Air dari sendang tersebut dapat dimanfaatkan warga di beberapa dusun di Desa Ronggojati, baik musim penghujan maupun musim kemarau seperti saat ini.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pengelola Sendang Sanga, Suparjo, 70, mengatakan nama sumber mata air itu dipilih lantaran terdiri dari sembilan sumber. Namun keberadaannya menyebar di tiga Dusun di Desa Ronggojati. Masing-masing tiga sumber mata air di DusunKlampok, Dusun Penggung, dan Dusun Badran.

Selain di Baki Sukoharjo, Ini 4 Kisah Pembunuhan Sadis Sekeluarga di Indonesia

Ekspedisi Mudik 2024

Lokasi

Suparjo mengatakan, ada dua sumber air yang berdekatan dengan permukiman warga. Selebihnya berada di perbukitan. Sumber tersebut dimanfaatkan warga dengan cara dialirkan menggunakan pipa ke setiap rumah.

Namun, dua sumber yang berdekatan dengan permukiman warga dialirkan ke sebuah penampungan. Selain dimanfaatkan warga, air dari Sendang Sanga itu juga diperjualbelikan.

Sekitar 1985 lalu warga berencana membuat penampungan induk. Dari sembilan sumber tersebut dialirkan dan ditampung dalam satu bak. Namun upaya itu gagal lantaran air tidak bisa mengalir.

"Kami juga tidak tahu kenapa airnya tidak mau mengalir. Akhirnya pembangunan dihentikan," kata dia kepada Solopos.com di rumahnya, Dusun Klampok RT 002/RW 005, Ronggojati, Sabtu (22/8/2020).

Aneka Kuliner Tradisional Murah Meriah di Pasar Gede Solo, Yuk Icip-Icip

Manfaat

Menurut Suparjo, sumber air tersebut sudah ada sejak nenek moyang terdahulu. Dulu di sumber tersebut digunakan warga untuk mandi dan mencuci pakaian. Sehingga sisa air yang digunakan warga bisa mengaliri sawah di Ronggojati.

Berbeda dengan kondisi saat ini. Air dari Sendang Sanga ditampung ke panampungan, lalu disalurkan ke rumah warga. Karena saat ini semua warga sudah mempunyai kamar mandi. Sementara kawasan sawah kini beralih menjadi lahan tadah hujan karena tidak teraliri air.

Air dari Sendang Sanga diyakini sehat, jernih, dan rendah zat kapur. Suparjo menyebut orang zaman dulu meminum air dari sana tanpa direbus dan terbukti jarang demam atau sakit. Tetapi kini sebagian warga merebus air dari sendang itu terlebih dulu sebelum diminum.

"Boleh dicoba kalau tidak percaya. Orang rebus air dari PDAM menggunakan panci. Setelah itu coba panci yang sama digunakan untuk merebus air dari Sendang Sanga. Nanti ada semacam zat kapur yang merekah dari panci tersebut," ungkap Suparjo saat ditemui Solopos.com, Sabtu (22/8/2020).

Jadi Jutawan, Mbah Minto Klaten Hidup Nyaman 

Hendak Dibeli

Sebelum 2000, ada salah satu perusahaan air minum mineral yang akan membeli sendang tersebut, namun ditolak warga. Jika dijual maka warga setempat tidak bisa tercukupi kebutuhan airnya.

Ia mengatakan, dari sembilan sumber yang ada hanya dua sumber yang dimanfaatkan untuk jual-beli air. Dalam satu hari bisa memenuhi sekitar 50 jeriken dengan kapasitas 25 liter hingga 30 liter. Air diperjual-belikan sejak 2010.

"Yang berbisnis air itu orang luar sini. Mereka ambil ke sini menggunakan jeriken ditaruh di mobil. Kami melarang menggunakan truk tangki. Selain boros air, jalan di sini mudah rusak nanti," ujar dia.

Baru Lahir, Bayi Di Weru Sukoharjo Positif Covid-19!

Menurut Suparjo, ada sembilan mobil yang setiap hari mengambil air di Sendang Sanga. Ada yang balik satu kali, sebagian balik dua kali. Satu rit dihargai Rp20.000. Alokasinya, Rp15.000 untuk pengelola dan dusun, Rp5.000 untuk kas desa.

"Kalau warga luar mengambil untuk kebutuhan pribadi tidak membayar. Kalau untuk bisnis kami pungut biaya," kata dia.

Ia mengatakan pendapatan yang diperoleh dari Sendang Sanga tersebut sangat bermanfaat untuk warga. Tidak hanya dapat digunakan untuk membeli infrastruktur pendukung sumber air, seperti pipa, listrik penyedot air dan tempat penampungan saja.

Waduh! Warga Kalikotes Klaten Disengat Tawon Vespa Saat Gendong Cucu

Penunggu

Namun, juga digunakan untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Seperti membeli lampu untuk penerangan jalan, meja dusun dan kebutuhan vital masyarakat lainnya.

"Dulu sempat mau dibikin sistem seperti PDAM. Setiap rumah diberi meteran agar warga membayar sesuai air yang digunakan. Namun kami menolak. Lha kami ini rata-rata petani, kalau disuruh bayar nanti keberatan," kata dia.



Di balik keberadaan dan manfaat sumber air Sendang Sanga, ternyata ada juga cerita mistis tentangnya. Suparjo mengatakan ada penunggu gaib di setiap lokasi sumber air tersebut dengan wujud berbeda-beda. Jika ingin melihat makhluk itu harus mempunyai tirakat yang sungguh-sungguh hingga beberapa pekan.

"Jika pengin lihat seorang harus kondisi bersih lahir dan batin. Kalau tidak bisa dimarahi. Dulu saya juga pernah mencoba. Namun sekarang sudah tua, sudah tidak mampu," ujar dia.

Pembelajaran Tatap Muka SD-SMP di Klaten Mundur Awal September

Suparjo menambahkan, setiap malam 1 Muharam atau Sura banyak orang dari berbagai daerah, seperti Klaten, Karanganyar, dan Yogyakarta berkunjung ke sumber air tersebut. Rata-rata mereka yang berkunjung adalah pedagang.

"Malam 1 sura kemarin juga ada. Pukul 02.00 WIB sudah pada pulang. Rata-rata datang pukul 11.30 WIB," tutur dia.

Selain itu, pada zaman dulu setiap ada pemain Ledek atau Tayub yang akan melakukan pertunjukan dan melintas di jalan dekat sumber harus berhenti. Mereka harus bermain atau melakukan pertunjukan dulu di sekitar Sendang Sanga, jika tidak akan berakibat fatal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya