SOLOPOS.COM - Ilustrasi pernikahan massal (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, SLEMAN- Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Depok terus menyampaikan pada masyarakat bahwa semua bulan itu baik untuk menggelar pernikahan.

“Saya sering sampaikan kenapa harus Besar [bulan haji] untuk menggelar pernikahan, itu secara tidak langsung kami mengarahkan ke sana [bulan Sura], bahwa semua bulan sebenarnya baik,” kata Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Depok, Sleman Fatoni.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hanya saja, Fatoni menyadari sejumlah orang memang masih banyak yang mempercayai tidak baiknya hajatan digelar bulan Suro.

Menurut cerita, kata dia, sejarah itu berawal saat zaman kerajaan di mana kerajaan seringkali menggelar hajatan saat bulan Suro . Untuk menghormati, masyarakat kemudian tidak menggelar hajatan.

“Saking tunduknya rakyat pada kerajaan sehingga menganggap sakral dan tidak berani menggelar hajatan,” ungkapnya.

Sri Suparni, salah satu pemilik Griya Rias Pengantin di Maguwoharjo Depok Sleman mengatakan hal yang sama. Meski tidak sebanyak order saat bulan-bulan lain, dalam satu bulan Suro rata-rata ia melayani rias pengantin antara dua hingga lima mempelai. Bahkan Suparni mengatakan salah satu saudaranya juga ada yang menikah pada bulan Suro.

“Suro memang paling sedikit order tapi dalam beberapa tahun terakhir lumayan termasuk tahun ini,” ujar dia saat ditemui di Jalan Raya Tajem Maguwoharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya