SOLOPOS.COM - Saif al-Islam Gaddafi, salah satu putra mantan Presiden Libya Muammar Gaddafi. (Kabar24)

Solopos.com, JAKARTA — Saif al-Islam Gaddafi, salah satu putra mantan Presiden Libya Muammar Gaddafi, mencalonkan diri sebagai presiden Libya pada pemilihan umum yang akan dimulai pada 24 Desember 2021.

Saif mendaftarkan pencalonannya di Kota Selatan Sebha, menurut Komisi Pemilihan Umum Libya seperti dikutip Bisnis dari TheGuardian.com, Senin (15/11/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam tayangan video, dia menandatangani surat pendaftaran dengan mengenakan kacamata, berjanggut putih dan jubah cokelat tradisional yang mengingatkan pada pakaian ayahnya. Namun, dia harus memastikan terlebih dahulu berapa banyak dukungan populer yang dia miliki di negara itu.

Presiden Muammar Gaddafi memerintah negara itu sampai kematiannya setelah rezimnya digulingkan pada tahun 2011. Tanggal dan format yang tepat dari pemilihan presiden dan parlemen Libya masih diperdebatkan.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini : 15 November 1889, Proklamasi Republik Brasil

Pertemuan para pemimpin dunia di Paris Kamis (11/11/2021), menyerukan agar pemilihan tetap dilanjutkan pada 24 Desember 2021.  Selain itu juga disepakati pemberian sanksi bagi siapa pun yang mengganggu atau mencegah penyelenggaraan pemungutan suara.

Tidak diketahui apakah Saif akan diizinkan untuk maju sebagai calon pempin negara itu. Komisi Pemilihan Umum telah menghapus informasi yang mengatakan, bahwa dia membutuhkan 5.000 suara dukungan.

Pemilihannya juga akan ditentang oleh Turki yang memiliki sejumlah besar pasukan di negara itu dan menolak untuk menarik pasukan meskipun ada tekanan dari Eropa.

Namun, negara-negara Teluk akan mendukung Saif dan beberapa tokoh mengklaim bahwa dibutuhkan tekanan Arab Saudi atas Prancis untuk memenangkan dukungan Eropa.

Baca Juga: Vaksinasi Masif, WHO Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19 di Eropa

Mengarah pada Dua Putaran

Lebih dari empat juta orang telah terdaftar untuk ikut pemilu. Kemungkinan pemilihan presiden akan mengarah pada putaran kedua antara dua kandidat teratas.

Saif al-Islam Gaddafi telah menghilang dari perhatian publik sejak satu dekade terakhir, sejak penangkapannya pada tahun 2011 oleh pejuang dari wilayah pegunungan Zintan.

Pada saat pemberontakan 2011, dia ditangkap di pos terdepan Gurun Ubari sebelum dibawa ke kota pegunungan Zintan. Di sana dia ditahan oleh para penculiknya dan diadili melalui tautan video di Tripoli pada 2015 atas perannya selama pemberontakan.

Dia dihukum mati, tetapi dibebaskan enam tahun kemudian. Akan ada upaya baru untuk menangkapnya jika dia muncul di depan umum di Ibu Kota, Tripoli, terutama karena hubungannya dengan operasi tentara bayaran Rusia Grup Wagner.

Baca Juga: Pelaku Perjalanan di China Utara Wajib Karantina 58 Hari

Dia juga dicari oleh pengadilan pidana internasional. Mengecam pendidikan di London School of Economics dan fasih berbahasa Inggris, Saif pernah dilihat oleh banyak pemerintah sebagai wajah calon pemimpin Libya yang ramah-Barat dan tampaknya telah dipersiapkan untuk menggantikan kekuasaan ayahnya.

Tokoh-tokoh lain yang diperkirakan akan bersaing sebagai capres adalah komandan militer wilayah timur, Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah, dan ketua parlemen Aguila Saleh.

Foto-foto yang diedarkan di media sosial memperlihatkan Saif, dengan mengenakan pakaian tradisional, menandatangani dokumen di pusat pendaftaran di Sebha, kota di barat daya.

Kendati faksi-faksi di Libya dan negara-negara asing mendukung pemilihan pada 24 Desember, penyelenggaraan pemungutan suara masih diragukan karena pihak-pihak yang bersaing belum menyepakati aturan dan jadwal.

Baca Juga: Kosmetik Lelaki Menjadi Kenormalan Baru di Jepang

Saif kemungkinan akan mengandalkan kenangan pada era sebelum pemberontakan, yang didukung NATO, terjadi pada 2011. Pemberontakan itu membuat ayahnya terdepak dari kekuasaan serta menyebabkan negara itu jatuh ke jurang kekacauan dan kekerasan selama satu dekade.

Namun, kata para analis, Saif kemungkinan tidak akan menang dalam pemilihan tersebut. Era Gaddafi masih dikenang oleh sebagian rakyat Libya sebagai masa kepemimpinan diktator.

Saif al-Islam sendiri, juga tokoh-tokoh rezim sebelumnya, sudah sekian lama berada di luar lingkaran kekuasaan. Karena itu, mereka mungkin akan sulit mendapat dukungan kuat untuk menjadi pesaing utama dalam pemilihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya