SOLOPOS.COM - Kondisi telapak kaki dari Nata, bocah enam tahun asal Grobogan yang dipatuk ular kobra jawa, Rabu (11/11/2020). (Istimewa/Dokumen Exalos Indonesia Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Nasib nahas dialami, Nata, 6, seorang bocah asal Dukuh Grasak, RT 03, RW 04, Desa Bago, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Ia harus dilarikan ke UGD RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen pada Senin (9/11/2020) setelah kakinya dipatuk ular kobra Jawa dewasa hingga membengkak pada Minggu (8/11/2020) malam.

Oleh dokter yang menanganinya, Nata bisa diizinkan pulang setelah kaki kanannya dibalut perban dan dipasangi tourniquet. Dokter telah menyuntikkan serum antibisa kepada bocah itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tiga hari setelah dipatuk ular kobra itu, begini kondisi terkini dari Nata. Dalam foto kaki kanan dari Nata yang diterima Solopos.com, warna hitam pada telapak kaki kanan Nata makin melebar.

Bila pada Senin lalu warna hitam itu hanya ada di sekitar luka gigitan ular, foto terkini menunjukkan warna hitam itu melebar. Bahkan, terdapat beberapa bintil yang diduga berisi cairan pada permukaan kulit yang menghitam tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Uji Coba KRL Klaten-Jogja Berlanjut, Target Sampai Stasiun Lempuyangan

"Sesuai saran dari dr Tri Maharani, Dik Nata disarankan kembali dibawa ke rumah sakit karena penanganannya dianggap belum tuntas dan memenuhi standar," ujar Ketua Exalos Indonesia Regional Sragen, Candra Giri, yang lebih akrab disapa Ucank kepada Solopos.com, Rabu (11/11/2020).

Ahli

Tri Maharani merupakan advisor World Health Organization (WHO) untuk kasus gigitan ular. Ia pernah terlibat dalam pembuatan panduan management of snakebites.

Di dunia, hanya ada 53 dokter dengan keahlian pada bidang emergency medicine, khususnya subspesialis toksinologi yang mampu menangani kasus bisa ular atau gigitan hewan berbahaya lainnya, termasuk kobra Jawa.

Wanita asal Kediri itu termasuk satu di antaranya dan menjadi satu-satunya pakar dari Indonesia yang mendalami rumpun kesehatan tersebut.

Exalos Indonesia Cabang Sragen yang mendampingi korban gigitan ular kobra itu di RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen terus berkoordinasi dengan dr Tri Maharani yang berdomisili di Kediri.

Menurut Ucank, dr. Tri Maharani mengkhawatirkan warna hitam di sekitar gigitan hitam itu merupakan nekrosis atau kematian sel atau jaringan kulit.

"Tim kami sudah datang ke rumah untuk membujuk keluarga supaya mau membawa Dik Nata kembali ke RS, namun pihak keluarga menolak dengan alasan ingin menghabiskan obat dulu dari dokter," ujar Ucank.

Kronologi

Sebelumnya diberitakan, gigitan ular itu bermula ketika Nata bermain di rumahnya pada Minggu malam pukul 20.00 WIB. Saat itu ia bermain di dekat lemari kaca.

Tanpa sepengetahuan Nata, di bawah lemari itu ternyata ada seekor ular kobra Jawa atau dumung. Kedatangan Nata di depan lemari itu ternyata membuat ular dengan bisa mematikan itu merasa terganggu.

Tanpa disangka, ular itu lantas mematuk telapak kaki kanan bocah itu. Sontak, bocah itu pun mengerang kesakitan. Kesal karena telah mengigit Nata, warga kemudian membunuh ular kobra tersebut.

Alih-alih segera dibawa ke rumah sakit atau puskesmas, pihak keluarga justru membawa Nata berobat kepada seorang dukun. Dari dukun itu, racun ular itu sempat disedot dengan alat tertentu. Namun, hasil pengobatan secara tradisional itu tidak membuahkan hasil.

Bukannya sembuh, telapak kaki kanan Nata justru membengkak. Sementara di bekas gigitan ular itu berwarna hitam. Oleh keluarga, Nata kemudian dilarikan ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada Senin (9/11/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya