SOLOPOS.COM - Ilustrasi miras khas Semarang, Congyang. (Instagram)

Solopos.com, SEMARANG — Budaya minum minuman keras atau miras sepertinya cukup melekat di kalangan masyarakat di Indonesia, tak terkecuali Jawa Tengah (Jateng). Bahkan beberapa di daerah di Jawa Tengah (Jateng), terdapat minuman keras yang diproduksi warga setempat seperti congyang di Semarang dan brangkal yang bisa ditemui di wilayah pantura seperti Tegal dan Brebes.

Budaya minum minuman keras atau miras ini sebenarnya merupakan budaya barat yang dibawa ke Indonesia. Namun, karena Indonesia dalam catatannya memiliki sejarah panjang dengan China, maka congyang disebut yang paling melekat dengan masyarakat pantai utara Jateng, khususnya Semarang.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

“Memang proses pengenalan minuman itu [congyang] hasil akulturasi kebudayaan Tionghoa. Memang congyang dikenal di Semarang, tapi seiring berkembangan zaman tiap daerah punya minuman sendiri-sendiri seperti ciu di Surakarta dan brangkal di Tegal,” terang Sejarawan Pantura, Wijanarto, kepada Solopos.com, Senin (27/6/2022).

Wijanarto mengatakan untuk daerah pantura seperti Tegal dan sekitarnya minuman keras berkembang seiring perubahan modernitas dan industrialisasi. Hal ini seiring munculnya pabrik-pabrik gula yang kemudian dibarengi dengan kemunculan minuman keras khas daerah itu sendiri.

“Sama seperti congyang, tapi brangkal lebih populer di sini [pantura Tegal]. Bedanya dengan congyang, brangkal hasil fermentasi dari bahan tetes tebu. Muncul karena masyarakat sini dekat dengan pabrik gula. Jadi, mengadopsi fermentasi tetes tebu,” ujarnya.

Baca juga: Benarkah Congyang hanya Dijual di Semarang, Ini Faktanya

Wijanarto mengatakan baik congyang, brangkal, dan ciu merupakan hasil olahan dari warga lokal. Kemunculan produk-produk itu karena keberanian masyarakat dalam meramu minuman tradisional yang bisa memabukkan.

“Jadi kalau di pantura, istilahnya hampir sama sebenarnya, hanya fermentasinya yang beda antara congyang, ciu, dan brangkal. Tapi semua itu ada dan memang congyang lebih dikenal di Semarang. Terus di Brebes dan Tegal. [lebih terkenal] brangkal layaknya ciu di Soloraya,” jelasnya.

Wijanarto mengaku kemampuan masyarakat untuk meramu atau meracik minuman keras itu sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan mereka meramu minuman tanpa takaran yang jelas hingga kerap menimbulkan risiko kesehatan hingga kematian bagi yang meminumnya.

Baca juga: Rasanya Manis Kecut, Congyang Semarang Diklaim Lebih Elegan dari Ciu

“Ini yang menarik, ada kemampuan masyarakat coba-coba. Kemudian ada lokal jenius mereka yang mencampur ini itu. Contohnya, kalau anggur semakin lama semakin mahal, pelaku peracik wilayah pantura ini juga menyimpan botol racikan yang ditenggelamkan dalam sumur dan paling lama paling mahal. Tapi yang perlu diwaspadai, ada yang ingin mengoplos sembarangan, sama bensin atau spritus misalnya. Ini [berbahaya] yang sering menimbulkan kematian,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya