SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO — Jarum jam seakan-akan berhenti pada pukul 11.22 WIB, Selasa (6/72021). Di ujung telepon, suara Sri Handayani, Manajer Sekretariat Redaksi Solopos, bergetar saat mengabarkan kabar duka.

Kawan kami, sahabat kami, saudara kami, rekan kerja kami, berpuilang. General Manager Integrated Marketing Solutions (IMS) Solopos Group, Wahyu Widodo, meninggal dunia pada usia 46 tahun. Sembilan hari Mas Wahyu (sapaan akrab Wahyu Widodo) dirawat di ruang isolasi di RS Yarsis Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia berjuang melewati sesak dadanya. Takdir berkata lain, Allah memanggilnya. Pukul 11.22 WIB itu waktu seakan berhenti, menyadarkan kami yang masih berduka bahwa kematian sangatlah dekat. Tuhan bisa memanggil kapan saja.

Hari Sabtu (3/7/2021) pukul 09.10 WIB saya menerima telepon dari sahabat saya. Dia bercerita akan memakamkan ibundanya setelah tiga hari ibundanya berjuang melawan Covid-19. Saturasi oksigen terus turun dari 90, 80, 70, dan berakhir embusan napas terakhir.

Hati saya teriris ketika sahabat saya  bercerita. Dia dan adik-adiknya belum menyampaikan kabar duka kepada ayahanda mereka yang juga dirawat di ruang isolasi rumah sakit. Ayah dan ibundanya sama-sama dirawat di ruang isolasi pasien Covid-19. Mereka dalam satu kamar.

Sabtu pukul 00.45 WIB, ketika Tuhan memanggil ibundanya, ayahandanya tak tahu. Pada pagai hari ketika perawat akan memandikan almarhumah dengan protocol pemulasaraan jenazah pasien Covid-19, ayahandanya hanya tahu sang ibu berpindah ruangan.

“Kami lebih baik belum member tahu papa daripada kehilangan dua orang yang kami sayangi,” ujar dia saat itu. Hingga tulisan ini dibuat, ayahnya belum mengetahui sang ibu telah dimakamkan. Hari Kamis (1/7/2021), pukul 23.30 WIB, saya mendapat telepon dari teman saya yang meminta tolong mencarikan rumah sakit untuk suaminya.

Kondisi sang suami mengalami penurunan saturasi oksigen. Sejak 29 Juni  2021 teman saya, satu keluarga, menjalani isolasi mandiri. Menjelang dini hari itu, dari lima rumah sakit yang saya telepon semua rata-rata menjawab kamar khusus pasien Covid sudah penuh, bahkan ada antrean 10 orang hingga 17 orang pasien.

Seorang petugas di rumah sakit terakhir yang saya telepon bahkan menjawab pertanyaan saya sambil terisak-isak. Ia mohon maaf karena tidak bisa membantu. Rumah sakit penuh, tenda-tenda darurat untuk perawatan pasien didirikan, tempat-tempat isolasi makin banyak.

Raungan mobil ambulans makin sering terdengar. Kabar duka kian banyak berseliweran. Tim-tim surelawan berkejaran dengan waktu memakamkan jenazah pasien Covid-19. Fakta menunjukkan Covid-19 makin dekat dengan kita. Makin banyak jiwa yang terenggut: teman, sahabat, keluarga, saudara, tetangga. Sampai kapan?

Data mencatat 6 Juli 2021 menunjukkan angka tertinggi kematian akibat Covid-19, sebanyak 728 orang dalam sehari. Akumulasi angka kematian 61.868 orang.  Akumulasi kasus Covid-19 mencapai 2.345.018 orang yang tergolong kasus positif. Penambahan pada 6 Juli 2021 saja sebanyak 31.189 orang.

Lonjakan tajam kasus Covid-19 Indonesia menjadi sorotan dunia. Covid-19 yang disebabkan virus corona varian Delta yang mempunyai karateristik penularan lebih tinggi mendongkrak lonjakan kasus di Indonesia. Jenteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan dua pekan mendatang, sejak Minggu (4/7/2021), merupakan masa kritis Indonesia karena lonjakan kasus Covid-19.

Sebenarnya Indonesia sudah kritis sejak kasus pertama Covid-19 ditemukan,  yakni pada 2 Maret 2020. Benteng pertahanan Indonesia telah bobol hingga Covid-19 hinggap di Indonesia. Selama 16 bulan lebih bergelut melawan Covid-19, kebijakan yang kedodoran di sana-sini masih terlihat.

Kebijakan yang tak sinergis dan tidak sinkron antardaerah. Para menteri saling silang pernyataan. Penumpang gelap bermain harga obat dan alat-alat kesehatan. Ini membuat sesak rakyat. Belum lagi ada penumpang gelap bermain-main untuk kepentingan politik.

Sekarang kita memasuki gelombang kedua penularan Covid-19. Mitigasi penularan Covid-19 khususnya penyebaran varian Delta terlihat kurang masif dan agresif. Begitu virus corona varian Delta menyebar di Pulau Jawa, kebijakan “darurat” Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diambil.

Sebelumnya, kita masih sibuk berkontroversi dengan lockdown atau tidak? Pertaruhannya ekonomi yang kelimpungan atau ribuan nyawa yang hilang?  Apa yang bisa kita lakukan saat situasi berat seperti ini? Mengandalkan pemerintah?

Biarkan pemerintah bekerja dalam porsinya, menyalurkan bantuan sosial sebagai dampak PPKM Darurat, mengintegrasikan kebijakan seputar Covid-19 dari pusat hingga daerah, mengejar vaksinasi yang hingga Selasa (6/7/2021) baru mencapai 33.176.029 orang dosis pertama dan 14.267.980 orang dosis kedua.

Diperkirakan baru November 2021 sebanyak 70% dari populasi Indonesia yang sebanyak 181,5 juta orang mendapatkan vaksinasi Covid-19. Artinya, herd immunity (kekebalan komunitas) Indonesia baru terbentuk pada sekitar November 2021.

Ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah berdisiplin menerapkan protokol kesehatan, saling menjaga, saling menguatkan, saling membantu, dan saling mendoakan. Jangan biarkan orang-orang terdekat kita berjatuhan karena pada akhirnya kesedihan itu hanya untuk orang-orang yang ditinggalka. Semoga pandemi segera berlalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya