SOLOPOS.COM - Petugas Satpol PP Solo saat melakukan razia pengemis gelandangan dan orang terlantar atau PGOT beberapa waktu lalu. (Istimewa/Dok. Satpol PP Solo)

Solopos.com, SOLO —S atpol PP Kota Solo memulangkan seratusan Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar atau PGOT selama Ramadan tahun ini. Jumlah PGOT Solo meningkat dibandingkan sebelum Bulan Puasa.

Kepala Satpol PP Solo, Arif Darmawan, kepada Solopos.com, Rabu (28/4/2021) mengatakan pada Senin (26/4/2021) malam, sebanyak 50 PGOT ditangkap Satpol PP Solo. Menurutnya, 38 orang PGOT berasal dari luar Soloraya sedangkan sisanya berasal dari Soloraya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

PGOT yang berasal dari Solo dipulangkan langsung ke tempat tinggal mereka dan diserahkan ke ketua lingkungan setempat. Lalu, ada pula PGOT yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Mereka dipulangkan menggunakan bus setelah diberikan pakaian pantas pakai. Pemulangan mereka turut berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Solo.

Baca juga: Awas! Nekat Timbun Bahan Pokok Jelang Lebaran Bakal Dijerat Pidana

“Siang hari kami juga beroperasi, namun seringkali berkelit. Kalau malam jelas, jadi bisa langsung kami data. Tren meningkat tidak hanya Ramadan saja, tetapi saat Imlek dan Natal,” papar dia.

Ia menambahkan momentum keagamaan dimanfaatkan PGOT untuk datang ke Solo. Menurutnya, mengemis bukan pekerjaan yang baik. Saat rapat Forkopimda turut mengkaji persoalan itu.

Data Valid Sasaran Bantuan

Lebih lanjut, Kepala Satpol PP Solo mengimbau para pemberi sedekah sebaiknya menyalurkan bantuan kepada lembaga-lembaga resmi. Hal itu dikarenakan lembaga resmi memiliki data valid sasaran bantuan.

Baca juga: 2 Pekan Ramadan, 83 Anak Tertangkap Main Petasan di Solo

Penyaluran sedekah sebaiknya jangan mencari sasaran karena dapat dimanfaatkan orang-orang yang tidak semestinya.

Menurutnya, beberapa waktu lalu Satpol PP turut mengamankan pengayuh becak dadakan. Mereka yang ditangkap bukan pengayuh becak sebenarnya namun hanya memanfaatkan momentum keagamaan saja.

Petugas turut berkoordinasi dengan paguyuban pengayuh becak agar petugas lebih mudah dan tepat sasaran dalam bertindak. Hal itu justru merugikan pengayuh becak asli.

Baca juga: Terjadi Lagi, Pencuri Bermodus Pura-Pura Beli Gasak Tas Di Pertokoan Solo

“Yang datang dari luar kota memang sengaja ke Solo. Ada yang sehari pulang ada yang menginap beberapa hari. Bahkan, tahun lalu pada akhir Ramadan sempat ada rombongan PGOT yang mengontrak rumah. Ini sudah kami antisipasi,” papar dia.

Ia menambahkan saat ini jumlah pendapatan PGOT belum menjadi perhatian. Namun, berkaca pada saat Solo Car Free Day sebelum pandemi, seorang PGOT dapat membawa Rp300.000 hingga Rp700.000 dalam waktu tiga jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya