SOLOPOS.COM - Psikolog Klinis Klinik Psikologi RSJD Dr. R.M. Soedjarwadi, Sukarsini, memberikan penyuluhan kepada orang tua, mahasiswa, dan perawat di rumah sakit setempat, Rabu (7/6/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

RSJD Klaten menangani 89 anak yang kecanduan game selama 2016.

Solopos.com, KLATEN — Klinik Psikologi Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. R.M. Soedjarwadi Klaten selama 2016 menangani 89 anak yang kecanduan game. Jumlah itu diperkirakan bertambah seiring meningkatnya kesadaran masyarakat mengonsultasikan perkembangan anak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anak-anak tersebut menjalani rawat jalan. Secara terperinci, kasus rawat jalan di Klinik Psikologi RSJD Klaten di antaranya karena gangguan belajar sebanyak 50 kasus, gangguan kepribadian dan perilaku sebanyak 40 kasus, dan gangguan kecemasan sebanyak 30 kasus.

“Angka ini di Klaten termasuk tinggi dan memang ada juga yang mungkin belum datang. Fenomenanya ibarat gunung es,” kata Sukarsini, psikolog klinis di Klinik Psikologi RSJD Dr. R.M. Soedjarwadi, saat ditemui Solopos.com seusai penyuluhan bertajuk Mencegah Gangguan Perilaku Pada Anak Sejak Dini di Ruang Ondrowino RS setempat, Rabu (7/6/2017).

Menurut Sukarsini, tumbuh kembang anak membutuhkan aspek kemandirian dan interaksi sosial. Jika anak-anak dibekali gawai yang dilengkapi game atau permainan biasanya dua tugas perkembangan itu terganggu.

“Banyak yang datang ke tempat saya itu [anak-anak] sudah emosi, marah-marah, banting ponselnya. Ada pula yang mengalami gangguan belajar, enggak mau menulis, enggak mau bergaul dengan teman-temannya, dan prestasinya menurun,” beber dia.

Dalam kasus demikian, lanjut dia, orang tua memiliki peran sentral sehingga perlu penguatan soal parenting. Orang tua diajak memahami tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai mulai usia balita, anak-anak, hingga remaja.

“Orang tua semestinya memberikan fasilitas yang mendukung kemandirian anak dan mendukung interaksi sosialnya. Jangan memberi fasilitas yang tidak mendukung itu seperti gawai, televisi, game, tablet, atau sekadar baca-baca tapi tidak mendukung ke aspek motorik halus, kecerdasan hati, dan aspek kognisi. Mestinya harus seimbang,” tutur Sukarsini.

Ia menjelaskan program penyuluhan ini digelar supaya masyarakat lebih paham terkait perkembangan anak. Ia juga mengimbau orang tua yang mendapati perkembangan anaknya terganggu agar mendapatkan solusi misalnya dengan konsultasi ke klinik psikologi.

“Mestinya itu yang diakukan sehingga orang tua mengerti apa yang harus dilakukan sebagai orang tua yang memiliki anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya,” ujar Sukarsini.

Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSJD Dr. R.M. Soedjarwadi, Suwarno, mengatakan penyuluhan itu merupakan kegiatan PKRS yang terakhir. Penyuluhan menyasar orang tua, pendidik PAUD, mahasiswa, dan perawat.

“Harapannya agar orang tua ataupun masyarakat bisa mendeteksi dini gangguan perilaku pada anak dan segera mungkin melakukan penanganan lebih lanjut,” kata Suwarno.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya