SOLOPOS.COM - SMPN 3 Saradan yang ada di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Senin (10/1/2022). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN — SMPN 3 Saradan yang ada di lereng Gunung Pandan, Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, menjadi tempat mencari ilmu bagi anak-anak yang hidup di kawasan hutan tersebut. Bukan hanya bagi anak-anak yang merupakan warga Madiun, tetapi SMPN ini juga menjadi jujukan bagi anak-anak luar daerah, seperti Kabupatan Bojonegoro dan Kabupaten Nganjuk.

Di tempat itu, anak-anak dari tiga kabupaten menimba ilmu di pendidikan formal. SMPN 3 Saradan ini menjadi satu-satunya sekolah yang lokasinya dekat dengan Desa Klino, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro dan Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Anak-anak dari Bojonegoro dan Nganjuk itu mengendarai sepeda motor untuk menuju ke sekolah yang jaraknya sekitar 8-10 kilometer. Mereka biasanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke sekolah.

Baca juga: Sabar Ya Dek, Libur Semesteran Sekolah di Madiun Ditunda Januari 2022

Seorang murid kelas IX SMPN 3 Saradan, Rara Eka Budiarti, 14, mengatakan dirinya berasal dari Desa Klino, Bojonegoro. Dia menceritakan SMPN 3 Saradan ini merupakan sekolah paling dekat dari rumahnya.

“Selama ini ya pulang pergi ke sekolah pakai motor. Biasanya bareng teman boncengan naik motor,” kata dia saat berbincang dengan Madiunpos.com, jaringan Solopos Media Group, Senin (10/1/2022).

Dia mengaku jalan menuju ke sekolah ini paling dekat dibandingkan sekolah yang ada di daerahnya. Selain itu, sejak dahulu banyak warga di desanya yang memang bersekolah di SMPN 3 Saradan ini.

Hal senada juga dikatakan Putri Ayu Nindya Sari, siswi kelas IX sekolah itu. Putri lebih memilih bersekolah di Madiun ketimbang di daerahnya. Alasan utamanya adalah persoalan jarak dan fasilitas jalan.

“Saya biasanya naik motor dari rumah ke sekolah sekitar 15 menit sampai 20 menit,” ujarnya.

Uang Saku

Warga Desa Klino itu menuturkan saban hari mendapatkan uang saku dari orang tuanya Rp10.000. Uang tersebut digunakan untuk jajan selama di sekolah. Sedangkan untuk kebutuhan bahan bakar minyak untuk sepeda motornya biasanya diisi Rp16.000 untuk tiga hari.

Siswa lainnya, Arsya Putra Prasetya, menuturkan berasal dari Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Nganjuk. Seperti keterangan dari teman-temannya yang berasal dari Bojonegoro, alasan jarak menjadikan dirinya memilih untuk bersekolah di SMPN 3 Saradan.

“Dari desa saya banyak sekali yang sekolah di sini. Banyak temannya. Kalau sekolah di daerah saya jaraknya lebih jauh. Jadi saya lebih memilih di sini,” kata dia.

Baca juga: Banyak Sekolah di Madiun Rusak, Pemkot Kucurkan Rp18 Miliar

Siswa kelas VIII ini menggunakan sepeda motor untuk berangkat dan pulang sekolah. Jarak tepuh dari rumah ke sekolah sekitar 15 menit. Kondisi jalan menuju ke sekolah cukup menantang, yakni harus melewati jalan naik turun khas daerah pegunungan.

Kepala SMPN 3 Saradan, Warso, menyampaikan separuh murid di sekolahnya merupakan berasal dari Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Nganjuk. Anak-anak dari dua daerah itu bersekolah di SMPN 3 Saradan karena faktor jarak.

Dia menuturkan saat ini total murid di SMPN 3 Saradan sebanyak 244 anak. Dari total itu, 40% di antaranya merupakan warga Bojonegoro dan 10% warga Nganjuk. Sedangkan 50% siswa dari Kabupaten Madiun.

“Banyak anak-anak dari luar daerah bersekolah di sini karena sekolah ini menjadi lokasi terdekat dari tempat tinggal mereka,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya