SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati wahana permainan di area Pasar Malam Sekaten di Alun-alun Utara Keraton Solo, Jumat (16/9/2022) malam. (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO – Pasaran gerabah warna-warni, boneka imut, aneka jajanan lezat, hingga kelap-kelip lampu menjadi pemandangan menyilaukan mata pengunjung Sekaten Solo. Aroma harum dari aneka jajanan yang dijual sukses membuat perut keroncongan. Kemeriahan suasana semakin terasa dengan teriakan pengunjung yang menumpangi beberapa wahana ekstrem seperti kora-kora, ombak banyu, hingga ayunan yang berputar kencang.

Ditambah lagi dengan alunan musik dangdut yang digaungkan lewat speaker aktif di beberapa titik. Keramaian itu menandai pergelaran budaya yang sudah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19. Tradisi budaya warisan Wali Songo sejak zaman Kesultanan Demak yang memiliki sejarah panjang itu pun perlahan bergeser menjadi wahana hiburan ketimbang edukasi, sebagaimana fugsinya di masa lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekaten di Kota Bengawan kali ini digelar mupai 16 September 2022 hingga 16 Oktober 2022. Lokasinya berada di Alun-Alun dan area Keraton Solo. Uniknya, pergelaran tahun ini bukan hanya dimeriahkan dengan pasar malam saja, melainkan juga panggung dangdut. Sederet pedangdut top Tanah Air dijadwalkan tampil menggoyang masyarakat Solo dan sekitarnya.

Baca juga : Penaklukan Kera Raksasa di Gua Kreo Gunungpati Semarang

Sejarah Sekaten Solo

Sekaten yang dulunya sarat nilai tradisi yang sacral pun berubah menjadi sarana pesta rakyat. Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Solo, Surakarta.go.id, Selasa (20/9/2022), sekaten merupakan acara tahunan yang rutin digelar di Solo dan Yogyakarta sejak abad ke-15. Acara ini merupakan tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Karena tradisi ini selalu terjaga, maka tak heran di setiap pelaksanaannya warga di Solo dan Yogyakarta selalu antusias untuk turut meramaikan.

Pada penyelenggaraan sekaten, biasanya diadakan pasar malam selama satu bulan penuh. Setelahnya, akan diadakan acara Grebeg Maulud Nabi berupa kirab gunungan yang berlangsung sebagai puncak acara. Tidak hanya sekadar perayaan, ternyata sekaten juga memiliki sejarahnya tersendiri terutama bagi penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.

Tradisi ini digunakan Wali Songo untuk menarik perhatian masyarakat terhadap agama Islam. Sekaten dipercaya sebagai perpaduan antara kesenian dan dakwah, karena melalui acara inilah masyarakat diperkenalkan agama Islam. Saat itu banyak masyarakat yang menyukai alat musik gamelan, sehingga pentas kesenian ini selalu digelar pada hari penyelenggaraan sekaten.

sejarah sekaten solo pasar malam sekaten solo
Salah satu wahana permainan yang mengisi Pasar Malam Sekaten di Alun-Alun Utara Keraton Solo tahun 2022. Foto diambil Selasa (13/9/2022). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Prosesi itu pula yang masih dipertahankan hingga kini. Dalam pagelarannya dilakukan tahapan membunyikan gamelan yang diarak ke Masjid Agung hingga dikembalikannya gamelan sekaten sebagai tanda berakhirnya acara upacara sekaten. Biasanya rangkaian pagelaran ini berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 bulan Rabiulawal, dimana gamelan terus ditabuh nonstop secara bergantian. Setelah itu acara akan berlanjut pada prosesi Numpak Wajik dan Grebeg Muludan.

Baca juga : Berharap Tuah Si Agresif Berkulit Baja namun Pemalu di Lapangan Hijau

Secara garis besar tidak ada yang membedakan pagelaran sekaten di Solo dan Yogyakarta. Hal pembeda hanya berada di kirab akhir. Dalam Grebeg Muludan di Keraton Yogyakarta terdapat 6 buah gunungan, yaitu dua buah gunungan lanang/laki-laki, satu gunungan wadon/perempuan, satu gunungan dharat, satu gunungan gepak, dan satu gunungan pawuhan.

Berdasarkan arsip sejarah milik Masjid Agung Solo, sekaten berasal dari kata sekati yang artinya setimbang atau seimbang. Dengan demikian, perayaan sekaten berarti peringatan agar seseorang hidup dengan cermat menimbang atau menilai hal yang baik dan yang buruk. Kata sekaten juga berasal dari sekat yang artinya batas. Maksudnya orang hidup harus dapat membatasi diri untuk tidak berbuat tidak baik, tahu batas-batas kebaikan dan kebatilan.

pasar malam sekaten solo
Salah satu pedagang yang mengisi stan Pasar Malam Sekaten Solo siap berjualan menjelang pembukaan pada Jumat (16/9/2022). Foto diambil Selasa (13/9/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Ditilik dari bahasa Arab, sekaten yang kemudian menjadi tradisi di Keraton Solo dapat berasal dari sejumlah kata, antara lain sakatain yang artinya menghentikan atau menghindari dua perkara, yakni sifat lacur, pengecut, dan menyeleweng, melanggar aturan atau hukum. Selanjutnya sakhatain, artinya menghilangkan dua perkara, yakni watak hewan dan sifat setan. Karena watak itu sumber kerusakan; hewan biasanya senang merusak, dan setan merupakan musuh nyata manusia serta selalu mengajak kepada permusuhan atau pertengkaran, bahkan kesesatan.

Kemudian sakhotain, yakni menanamkan dua perkara, yaitu selalu memelihara budi suci atau budi luhur, dan selalu menghambakan diri kepada Tuhan agar hati menjadi bersih, lunak, dan tenang (mutmainah). Lalu syahadatain, artinya meyakini kebenaran dua perkara, yaitu syahadat tauhid yakni pernyataan keyakinan atas adanya Allah SWT, dan syahadat rasul, yakni pernyataan keyakin bahwa Nabi Muhammad SAW utusan Allah.

Baca juga : Kandungan Protein Setara Kepiting, Geli-Geli Gurih Kepompong Ulat Jati

Sekaten Solo Zaman Now

Seiring berjalannya waktu, penyelenggaraan sekaten pun ikut mengalami perkembangan dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Sekaten kini bukan lagi tempat untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan lebih berfungsi sebagai sarana hiburan rakyat. Pasar Malam Sekaten Solo menjadi salah satu atraksi wisata Kota Solo. Banyaknya stan yang menjajakan makanan dan berbagai barang lainnya, wahana permainan, hingga panggung hiburan, menjadi daya tarik pasar malam yang akan berlangsung hingga 16 Oktober 2022 mendatang itu.

Panggung hiburan Pasar Malam Sekaten Solo tidak hanya menampilkan puluhan Orkes Melayu (OM), tapi juga sejumlah artis papan atas nasional. Sebuta saja Denny Caknan, Happy Asmara, Farel Prayoga, Dara The Virgin, Abah Lala, dan lainnya. Namun, harga tiket masuk yang dipatok penyelenggara untuk acara di panggung hiburan itu ternyata dianggap cukup memberatkan bagi sebagian pengunjung. Harga tiket bervariasi tergantung posisi menonton hingga bintang tamu yang mengisi panggung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya