SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Sejumlah warga memilih baju untuk berlebaran di toko barang bekas Bu Eti Waljinah di jalan Gading, Jogja, Jumat (10/8). Membeli baju baru untuk berlebaran memang sudah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia, namun bagi warga yang ekonominya terbilang kurang mampu membeli baju layak pakai di toko barang bekas atau yang sering disebut awul-awul menjadi solusi untuk tetap tampil beda di saat hari Lebaran nanti.

Sekaten Jogja 2014 belum dapat memberikan rezeki yang merata pada seluruh penyewa stan.

Harianjogja.com, JOGJA-Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) resmi ditutup, Sabtu (3/1/2015) akhir pekan lalu. Sejumlah penyewa stan PMPS tahun ini banyak yang mengeluh karena merugi, tetapi ada juga beberapa penyewa stan yang untung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di antara pedagang yang merugi adalah pedagang pakaian bekas impor. Beberapa stan yang disewa Bobstar Collection menganggap PMPS kali ini tidak sesuai harapan. Pendapatan anjlok jika dibanding PMPS 2013 lalu. “Mungkin karena faktor cuaca juga karena hampir tiap hari hujan, kawasan skaten jadi becek,” kata pemilik stan Awul-awul di sisi timur Alun-alun Utara yang menyebut namanya Mama Boby saat ditemui, Jumat (2/1/2015)

Boby mengaku sudah tiga kali berturut-turut menjajakan pakaian bekas import di PMPS Jogja. Namun baru kali ini mengalami kerugian. Biasanya dalam sehari ia bisa meraih pendapatan Rp5-6 juta. “Sekarang untuk mendapatkan satu juta saja sulitnya luar biasa,” ucap dia.

Boby menyebutkan, selain faktor cuaca yang menjadi penyebab anjloknya pendapatan pedagang awul-awul juga dikarenakan banyak pedagang awul-awul baru kali ini menawarkan harga lebih murah. Sementara tidak ada koordinasi dengan pedagang yang sudah lama.

Diakui dia, ada 7 stan awul-awul yang merasakan nasib serupa dengannya. “Kita tidak bisa berbuat banyak dengan gencarnya promosi harga dari para pedagang baru,” ujar Boby. Maka wajar ia menyewa stan seluas 5×10 meter persegi itu dengan harga Rp10 juta. Jika sebelumnya Boby menyewa stan 8×10 dengan harga Rp18 juta.

Berbeda dengan stan Awul-awul, stan wahana permainan mobil mini yang lebih dikenal dengan Bombom Car justru laris. Wahana permainan anak ini banyak digemari anak bahkan usia remaja. Tak heran pengelola Bombom Car bisa meraup pendapatan Rp8-10 juta per hari.

“Pendapatan tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, pengunjung yang datang stabil,” kata salah satu pengelola Bombom Car, Ihsanu.

Menurut Ihsanu, keramaian pengunjung di stannya pada sore dan malam hari. Pada hari libur sekolah dalam sehari mencapai 150 lebih pengunjung. Sementara harga satu tiket per orang Rp10.000 untuk sekali permainan dengan durasi lebih kurang lima menit. Untuk biaya sewa Rp300 juta pun pengelola masih mampu membayarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya