SOLOPOS.COM - Situasi lalu lintas di Underpass Makamhaji Kartasura, Sukoharjo, Rabu (5/2/2020). (Solopos-M Ferri Setiawan)

Solopos.com, SUKOHARJO — Di bawah ini terdapat asal usul atau sejarah sebuah desa di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, yakni Makamhaji.

Desa yang berbatasan langsung dengan Kota Solo ini mempunyai letak yang begitu strategis. Di desa ini juga ada underpass yang menjadi ikon dari Makamhaji.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Secara harfiah, Makamhaji berasal dari dua kata, yakni makam dan haji. Sehingga banyak yang beranggapan desa ini banyak dimakamkan atau ditinggali haji. Benarkah demikian?

Baca Juga: Cukai Naik 11 Persen, Harga Rokok Bakal Naik di 2022?

Menurut informasi yang Solopos.com peroleh dari unggahan pemerhati sejarah Solo, KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro atau biasa dikenal Kanjeng Nuky di Instagram, sejarah atau asal usul Makamhaji berasal dari kisah cinta antara seorang ulama, Kiai Haji Abdul Khodir yang menjadi guru mengaji di lingkungan Kraton Pajang.

Abdul Khodir dikenal sebagai ulama yang berparas tampan dan halus tutur katanya sehingga membuat Dewi Lung Ayu, putri Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya jatuh hati kepadanya.

Baca Juga:  Viral Makan di Angkringan Habis Rp106.000, Netizen Bandingin Sama Solo!

“Karena takut akan murka raja bila terjadi asmara di antara putri raja dan kaum biasa maka kemudian Pak Haji tidak lagi datang mengajar ke kraton,” ujar Kanjeng Nuky.

Sejarah dan asal usul Makamhaji ini diceritakan, Sultan Hadiwijaya yang mengetahui Abdul Khodir tidak datang lagi ke kraton, ia penasaran. Sehingga dia memerintahkan prajuritnya untuk mendatangi kediaman guru ngaji yang seorang haji itu.

Baca Juga:  Kisah Cinta Sekar Kedhaton, Cikal Bakal Makam Pinggir Jalan Pajang Solo

“Kedatangan para punggawa kraton tadi nihil hasilnya. Karena sang guru memilih untuk bungkam dan tidak menceritakan perihal apa yang terjadi. Kedua kali, sang Sultan mengutus punggawa lagi dan menyuruh untuk ‘menyelesaikan’ masalah ini agar tidak terjadi ganjalan dan ketimpangan di dalam kraton,” urai dia.

Tetapi, kata ‘menyelesaikan’ menurut prajurit kraton diartikan berbeda. Prajurit kraton justru membunuh haji tampan tadi dan membuat Sulta Hadiwijaya terkejut.

Baca Juga: Ada Makam Pinggir Jalan di Pajang Solo, Empunya Siapa?

“Kemudian sang guru dimakamkan di utara Kraton Pajang. Sang putri, Dewi Lung Ayu yang mendengar pujaan hatinya terbunuh sangat bersedih, akhirnya sakit dan meninggal. Sang putri juga dimakamkan di area yang sama tapi berbeda lokasi, mengingat daerah ini merupakan area pemakaman keluarga raja,” tulis dia menceritakan asal usul dan sejarah Makamhaji.

Asal Usul Makamhaji dan Peristiwa 1970-an

Lalu, pada 1970-an, masyarakat memindahkan kerangka tubuh Dewi Lung Ayu ke samping makam Abdul Khodir. Pemindahan makam ini dilakukan atas dasar mimpi buruk yang dialami oleh masyarakat sekitar.

Saat dipindahkan ke samping makam Abdul Khodir, seorang penggali kubur yang disebutkan bernama Pak Di diminta untuk menikahkan Abdul Khodir dan Dewi Lung Ayu.

Baca Juga: Kapan SNMPTN 2022 Dibuka? Cek Sekarang, Jadwalnya Sudah Keluar Hlo!

“Hingga dipasanglah tuwuhan kembar mayang dan uborampe pengantin yang dilakukan layaknya sebuah pesta pernikahan. Sore hari kemudian terjadilah angin besar yang merobohkan semua tuwuhan dan perangkat perkawinan tadi. Tapi anehnya pada pagi harinya, tuwuhan dll yang tumbang tadi sudah berdiri lagi seperti semula. Dan daerah makam Pak Haji ini disebut Makamhaji,” pungkas Kanjeng Nuky mengungkap asal usul atau sejarah Makamhaji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya