SOLOPOS.COM - Aksi salah satu grup reog dalam Festival Reog Ponorogo di Alun-alun Ponorogo, Kamis (28/7/2022). (Solopos.com-Ronaa Nisa'us Sholikhah)

Solopos.com, PONOROGO — Menjelang bulan Muharam atau Sura, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim), pasti selalu dimeriahkan dengan pertunjukan reog. Pertunjukan reog yang dikemas dalam sebuah acara festival itu acara puncaknya digelar saat malam 1 Sura atau yang tahun ini jatuh pada Jumat (29/7/2022) malam. Berikut sejarah atau awal mula digelarnya Festival Reog di Ponorogo yang saat ini menjadi tradisi setiap malam 1 Sura.

Menurut tokoh dan sesepuh warok Ponorogo, Ahmad Tobroni, perayaan malam 1 Sura di Ponorogo mulai meriah pada tahun 1984. Kemeriahan itu tak lepas dengan digelarnya Festival Reog Ponorogo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tobroni mengaku awalnya pada taun 1983 diperintah untuk mencari kegiatan Sura yang berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat Ponorogo.

‘’Cari yang bisa meningkatkan ekonomi agar banyak yang berkunjung ke Ponorogo,’’ kata Tobroni, saat ditemui di rumahnya Desa Maron, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo Selasa (26/7/2022).

Usia Tobroni saat ini 86 tahun dan kondisi kesehatannya sudah menurun. Saat ditemui Solopos.com, dia tidur di kamar dengan bantuan pernafasan melalui tabung oksigen. Namun, dia masih lancar berbicara dan menceritakan secara detail sejarah atau awal mula Festival Reog di Ponorogo.

Baca juga: Wow! Festival Reog Ponorogo Diusulkan Jadi Event Internasional

Tobroni mengatakan kepercayaan masyarakat Ponorogo itu barang siapa yang terjaga pada malam Sura, maka dia bakal diberi kecukupan rezeki dan dikabulkan hajatnya. Biasanya, mereka bakal mendatangi tempat sakral, seperti Ngebel, Sooko, dan Klampis Ireng.

‘’Dulu tidak ada Grebeg Sura seperti ini. Masyarakat biasa suran [menjalankan tradisi malam 1 Sura] di tempat-tempat tertentu,’’ ungkapnya.

Perlombaan

Menurutnya, sangat disayangkan jika tidak diadakan kegiatan yang besar di momentum bulan Sura itu. Sebab, saat bulan Sura masyarakat dari luar Ponorogo datang. Seperti dari Madiun dan Magetan.

Tobroni mengatakan salah satu acara yang mendatangkan banyak orang yaitu pertunjukan reog. Maka, diadakanlah perlombaan reog antarkecamatan di Ponorogo pada tahun 1984. Perlombaan reog inilah yang rupanya menjadi cikal bakal atau sejarah awal Festival Reog Ponorogo. Kala itu, belum dibentuk kepanitiaan dan belum ada kriteria penilaian.

‘’Yang ikut hanya delapan grup dan mereka tampil di halaman SMPN 1 Ponorogo,’’ ujarnya.

Baca juga: Mengenal Eyang Ismoyo, Pemimpin Kerajaan Gaib Klampis Ireng Ponorogo

Saat diadakan perlombaan, masyarakat Ponorogo berbondong-bondong melihat pertunjukan reog itu. Maka, banyak masyarakat yang memanfaatkan untuk berjualan di sana.

Tobroni mengatakan perayaan Grebeg Sura kali pertama itu pun berlangsung meriah. Setelah itu, pada tahun 1985 setiap kecamatan diwajibkan untuk menampilkan grup reog di acara Grebeg Sura. Tobroni menyebut ada 19 Kecamatan yang ikut lantaran Kecamatan Pudak dan Jambon saat itu belum ada.

‘’Kami ganti jadi festival dan mulai ada kriteria penilaian yang dilakukan,” terangnya.

Festival Reog Ponorogo pun dari tahun ke tahun berlangsung meriah. Bahkan pada tahun ini, event tradisional di Ponorogo itu mulai masuk dalam Kharisma Event Nasional (KEN). “Sekarang sudah semakin berkembang dan meriah,” ujar Tobroni.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya